Oleh : Heni Andriani
Ketika kita mendengar kata bunuh diri yang terbayang dalam benak kita adalah sosok-sosok jiwa yang diliputi dengan keputus asaan, kegalauan dan depresi tingkat tinggi. Berbagai motif yang melatarbelakangi seseorang melakukan bunuh diri seperti masalah ekonomi karena lilitan utang, sosial, rumah tangga, jabatan bahkan masalah percintaan.
Seperti yang terjadi beberapa waktu kebelakang. Telah terjadi bunuh diri karena persoalan ekonomi, menimpa keluarga Pak Jamal di desa Cikembar, Sukabumi. Rabu (20/2/2019) dini hari rumah beserta anak istrinya terbakar. Peristiwa ini viral di media sosial. Penelusuran polisi, hal ini diduga karena persoalan ekonomi keluarga karena dililit utang (Sukabumiupdate.com).
Tak berselang lama, menyusul kasus gantung diri yang dilakukan oleh seorang perempuan muda, di daerah Cikakak, Sukabumi.Â
Motif apapun alasannya, bunuh diri adalah persoalan yang harus segera ditangani secara cepat dan solutif.
Sukabumi merupakan wilayah agraris. Namun belakangan ini sudah mulai beralih menjadi kawasan industri, baik yang berhubungan dengan jasa, produksi ataupun pariwisata. Dengan beralihnya menjadi daerah industri, tentunya ada nilai-nilai budaya yang mulai terseret bahkan menggiring dari kota santri menuju kota modern yang dipenuhi dengan pernak- pernik kemodernan. Tengok saja yang tadinya sistem kekerabatan sangat kental beralih menjadi individualis, hedonis, konsumtif, bahkan matrealistis.
Tingkat kesenjangan sosial pun tinggi, jurang pemisah antara si kaya dan si miskin terlihat jelas. Jumlah pengangguran pun tinggi, output pendidikanpun hanya menghasilkan para lulusan yang kurang bersaing dengan tenaga aseng.
Permasalahan hidup di Sukabumi dari hari ke hari makin tidak kondusif, daya beli pun semakin kurang.
Kondisi ini jika terus dibiarkan, korban depresi akan terus berjatuhan. Yang pasti ujung-ujungnya bunuh diri bagi yang putus asa dan tidak punya iman.
Sistem kapitalis sekuler telah mengubah pola fikir sebagian masyarakat sukabumi, tanpa mereka sadari bahwa mereka terjebak dalam kubangan sekulerisme. Sehingga menjadikan seseorang jauh dari nilai-nilai agama dan dijauhkan dari nilai-nilai kekerarabatan ataupun kekeluargaan. Kapitalisme membuang sifat peduli menjadi sifat acuh kepada sesama. Hal inilah yang menyebabkan tingkat bunuh diri jadi semakin tinggi.
Ada tiga persoalan yang menjadikan tingkat bunuh diri tinggi diantaranya:
1. Lemahnya keimanan individu
Iman yang kuat menjadi benteng pertahanan seseorang dalam menghadapi serangan rasa prustasi hingga depresi.
Pemahaman akan konsep rezeki, konsep uqdatul kubro (simpul besar) akan mampu memecahkan persoalan hidup. Sifat qonaah dan sabar menjadi penenang tatkala hidup dilanda kesulitan.
2. Faktor MasyarakatÂ
Masyarakat yang cuek dan kurang respek terhadap persoalan hidup menambah beban masalah kehidupan. Ketidakpedulian akan seseorang yang dilanda masalah biasanya pemicu tingkat bunuh diri.
Sistem demokrasi telah menjadikan lingkungan yang suka gotong royong menjadi individualistik.Matrealistik jadi ukuran kesuksesan seseorang.
Pola hidup sederhana dan produktif berubah menjadi pola hidup yang mewah dan konsumtif.Suka pamer kekayaan telah menjadikan mati jiwa dan kosong nilai-nilai ruhiyah.
Padahal Rosulullah bersabda "Barang siapa yang bangun pada pagi hari tidak memikirkan urusan kaum muslimin bukanlah golonganku (HR Imam Hakim dalam Alnustadrak no 7889) dan imam As Suyuthi dalam al jami Al kabir no 4003.
"Tidaklah beriman kepada-Ku ,siapa saja yang tidur kekenyangan sedangkan tetangganya kelaparan ,sementara dia mengetahuinya(HR al-Bazzar).Â
3. Peranan Negara
Negara memiliki tanggung jawab besar dalam menyelesaikan persoalan ummat.Negara wajib mengayomi dan mensejahterakan rakyatnya.
Negara sebagai perisai ummat.Ketika ummat sejahtera tentu persoalan bunuh diri tidak ada lagi.Karena negara akan memberikan bimbingan dan perlindungan agar akidah ummat terjaga.
"Seorang imam (pemimpin) adalah bagaikan Penggembala,dan dia akan di mintai pertanggung jawaban atas gembalaannya (rakyat).(HR.Bukhori dan Muslim).
Sungguh mengharapkan ketenangan dan kenyamanan agar tidak depresi dalam menghadapi persoalan hidup saat ini sangatlah sulit. Hanya dalam sistem yang berasal dari Dzat Yang Maha Tinggilah kita akan merasa nyaman, tenang dan dalam suasana ketaatan. Sistem pemerintahan yang dapat menerapkan Islam secara total. Yang sesuai dengan kebutuhan dan fitrah manusia.Â
Wallohu a'lam bish showab.