Oleh: Ulfah Novianti
Kedzaliman terus terjadi di negeri-negeri kaum muslim dan negeri yang terdapat minoritas Muslim. Belum sembuh dengan kabar penyiksaan dari Rohingnya, kini harus tersayat kembali dengan kabar naas dari saudara kita di Uighur, Xinjiang, Cina.
Pembantaian yang dilakukan oleh rezim komunis Cina sungguh biadab. Muslim Uighur diperlakukan tak manusiawi. Mereka diungsikan ke kamp konsentrasi untuk dicuci otaknya, indoktrinisasi.
Pembantaian tersebut terjadi karena masalah agama. Rezim komunis China tidak menyukai agama Islam. Karenanya, mereka melakukan tindakan bengis dengan menyiksa kaum muslim (kaum muslim Uighur dipaksa untuk menghina Allah, memakan daging babi juga alkohol) agar meninggalkan ajaran Islam dan memilih komunis sebagai jalan hidup.
Bagi yang tidak mau, akan menerima siskaan yang bertubi-tubi dan tidak manusiawi. Saking biadabnya, hanya sekedar memakai nama yang mengandung unsur-unsur keislaman saja rezim cina melarang dengan keras bahkan orangnya dilarang untuk keluar dari negara tersebut.
Kabar tentang Uighur ini cepat menyebar luas sehingga banyak dari kalangan masyarakat mengecam tindakan penyiksaan tersebut. Beberapa negara lain juga mengecam dan meminta pemerintah China untuk segera menghentikan tindakan tersebut.
Sayangnya, disaat negara-negara besar melakukan pengecaman, pemerintah Indonesia justru diam tidak berkutik. Malah menyatakan bahwa ini bukan urusan Indonesia dan tidak boleh campur tangan urusan negara lain. Padahal, Indonesia merupakan negara mayoritas muslim yang terbesar di dunia, tapi tidak punya keberanian sedikitpun bahkan hanya untuk mengecam saja tidak mampu. Sungguh ironis dan memalukan.
Sikap indonesia yang tidak berani mengambil sikap, seolah menegaskan bahwa Indonesia ditekan pemerintah China. Bukankah Indonesia itu dekat dengan cina? Sepertinya ada ketakutan jika Indonesia sampai berani mengutuk atau meminta pemerintah china menghentikan penyiksaan tersebut.
Beberapa negara yang hanya bisa mengecam tindakan rezim bengis cina, setidaknya memberikan sikap dipihak mana dia berada, meskipun sikap tersebut jelas tidak mampu menghentikan perilaku jahat rezim cina. Padahal, jumlah tentara muslim di seluruh dunia sangatlah banyak. Tapi apa daya, sekedar jumlah saja yang tidak bisa mengangkat senjatanya untuk membela saudara mereka dari penindasan gara-gara beda negara.
Pemahaman tentang nasionalisme, paham buatan kafir. Paham yang menjadikan sekat-sekat antar negara muslim. Paham Nasionalisme. Umat islam menjadi terkotak-kotak dengan batasan negara. Sungguh ikatan Nasionalisme adalah ikatan yang semu.
Bagi seorang muslim tidak ada ikatan yang lebih kuat daripada ikatan akidah islam. Dengan ikatan akidah tiada sekat yang menghalangi antara muslim Indonesia dengan muslim Uighur juga muslim lainnya.
Rasulullah SAW bersabda,
"Perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau merasakan demam. [HR. Muslim]
Karena muslim itu bersaudara, maka seharusnya tidak ada sekat untuk saling membela. Umat Muslim harus bersatu memerangi kedzaliman.
Namun demikian, dalam sistem ini kita tidak bisa bersatu karena sistem ini memecah belah kaum muslim dan menjadi senjata untuk menindas dan menganiaya.
Adakah solusi lain bagi ketidakadilan ini selain kembalinya daulah islam? Tidak ada.
Karena hanya khalifah dalam tatanan kekhilafahan saja yang memiliki wewenang untuk mengerahkan seluruh pasukan tentara muslim untuk melawan para antek penindas kaum muslim.
Maka sudah seharusnya sebagai seorang muslim kita turut memperjuangkan tegaknya khilafah islamiyyah. Agar saudara-saudara muslim kita yang tertindas dapat dibebaskan. Tak hanya Uyghur, namun Palestina, Suriah, Rohingnya, Pattani, dan wilayah-wilayah lain yang berkecamuk.
Wallahu'alam bish shawab