Oleh : Sri Rahayu (IRT)
Hari ini dikejutan dengan berita yang di gadang – gadang sebagai pengundang murka Tuhan.
Berapa tahun ke belakang, memang pernah mendengar adanya aksi sweeping kontrakan-kontrakan yang menemukan beberapa pasangan dengan perilaku seks menyimpang, sebagian besar karyawan perusahaan garment, yang menurut pengakuan mereka, sudah tidak aneh perilaku seperti itu ada di lingkungan pekerjaan.
Yang membuat hati teriris, kali ini terjadi di salah satu sekolah swasta berbasis agama di kabupaten Sukabumi, dua orang siswi sebut saja “P” dan “W’’ dikeluarkan, karena terjangkit penyakit paling menjijikan sepanjang abad, LGBT.
Berita ini berawal dari laporan pelajar lainnya yang berteman dengan pelaku di sosial media, bahwa “P” dan “W” mengunggah poto yang sangat tidak senonoh di akun facebook yang menunjukan mereka sebagai pasangan, sontak berita memalukan ini menjadi perbincangan hangat di kalangan sekolah.
Hal besar yang sangat di takuti kita sebagai orangtua , bilamana perilaku menyimpang ini di ikuti oleh pelajar yang lain yang rata-rata berusia labil serba ingin mencoba, tidak peduli dampak baik dan buruk, dalam artian anak – anak kita pun berada dalam ancaman yang sangat berbahaya, mengingat pengakuan beberapa orang, bahwa perilaku ini seperti penyakit yang cepat sekali penularannya.
Kalo sudah begini, siapa yang akan di salahkan, siapa yang bisa menjaga perbuatan labil anak – anak kita dari salah satu perilaku yang paling di murkai ALLAH ini, sampai kapan kita sebagai orang tua akan merasakan was-was yang tiada berujung , Apa bisa usai dengan istigfar sambil mengelus dada’, berdo’a tanpa upaya?
Ini merupakan salah satu contoh kecil yang terjadi di sekitar kita, masih banyak di luaran sana cerita fakta liar yang membuat hati benar-benar miris, inikah pemuda pemudi penerus bangsa, inikah pelita harapan untuk negeri tercinta ? PR besar untuk kita bersama.
Lebih miris lagi, ini terjadi di lingkungan pendidikan yang cenderung mengajarkan nilai-nilai luhur moral, apakah mampu sanksi di dalam lingkungan pendidikan memutus mata rantai penyakit yang mengerikan ini, mencegah badai LGBT yang kian mendekat, mengancam kewarasan anak-anak kita.
Dilihat dari berbagai sisi, permasalahan ini mungkin saja terjadi karena lepas kotrol, kurangnya pendampingan dan bimbingan anak, baik dari pihak sekolah, maupun orangtua di rumah. Diperparah dengan lingkungan yang sangat individualis, kurangnya kepedulian antar sesama, masa bodoh yang penting tidak terjadi terhadap anak dan keluarga saya, padahal bisa saja ini menular kepada dirinya sekalipun, namun jika ada, yang peduli pun diliputi rasa takut, serba salah untuk bertindak, bisa-bisa terkena delik hukum, karena di anggap mengganggu kenyamanan orang-orang berperilaku menyimpang ini, ini terjadi karena tidak adanya sanksi yang jelas dan tegas dari pemerintah terkait untuk permasalahan ini.
Inilah buah hasil ide kebebasan (Liberalisme) yang melahirkan perilaku bebas tidak tau batas, yang di ikuti semata kesenangan hati, bukan perintah illahi, satu sodara dengan paham rusak yang memisahkan ajaran agama dengan kehidupan (sekularisme), sehinngga terjadi dekadensi moral yang begitu ekstrim, sekalipun dikalangan terdidik.
Mengingat bahaya nya perilaku menyimpang ini, haruslah ada upaya yang dilakukan untuk mencegah semakin meluasnya wabah penyakit ini, bagaimana solusinya?
Pertama, tanamkan pemahaman akidah yang benar, tidak hanya mnyampaikan jumlah rukun iman, yang kemudian menjadi sebuah hapalan untuk mengisi lembar ulangan, barengi dengan proses berfikir dan pemahaman yang lurus kepada pelajar, darimana kita berasal, untuk apa sebenarnya kita hidup di dunia ini, dan akan kemana selanjutnya ketika badan kita terbujur kaku. Proses berfikir seperti ini wajib dibimbing baik di sekolah maupun di rumah.
Kedua, ajarkan bagaimana peraturan hidup menurut agama, tekankan pada point peraturan pergaulan antar sesama manusia, ceritakan kembali kisah nabi luth yang di azab dahsyat akibat perbuatan laknat ini, dibumbui dengan peringatan kuat bahwa ini perbuatan orang-orang primitif, kuno, bukan perbuatan modern. Ajak berfikir lagi,jika masih berperilaku semacam itu, bisa jadi bencana azab yang di turunkan kepada umat nabi luth terulang lagi di zaman akhir ini.
Ketiga, pembinaan secara rutin dan terus menerus, perlu pembimbing yang lurus untuk hal ini, supaya bisa terpantau dan di ingatkan jika salah langkah, sehingga terikat dalam aturan yang benar.
Keempat, ini adalah point terpenting yang tingkat keberhasilannya tinggi,di samping berdo’a, haruslah negara memberikan sanksi yang jelas dan tegas bagi perilaku menyimpang ini, jika masih bingung sanksi apa yang akan di berikan, hukum Allah punya jawaban atas semua permasalahan.
Akhir kata, semoga kita semua tergerak untuk menuntaskan permasalahan ini, supaya penerus bangsa ini menjadi penerus terbaik, yang berakhlak, bermoral, dan berwawasan.
Email: [email protected]