Oleh, Heni Andriani
Lagi-lagi Indonesia dirundung duka, gempa dan tsunami melanda kota Palu, Donggala, Sigi dan sekitarnya. Padahal, duka di Lombokpun belum berakhir tuntas. Kota Palu dan sekitarnya hancur berantakan, infrastruktur pun tak berfungsi sebagaimana mestinya. Ribuan nyawa melayang tersapu tsunami, sebagian lagi tertimbun lumpur. Korban lukapun memenuhi kamp-kamp pengungsian karena sebagian rumah sakit rusak. Isak tangis anak-anak dan orang tua yang kehilangan sanak familinya menambah duka kesedihan dan suasana yang mengharu biru. Bahkan yang terbaru Toraja ikut kena imbasnya terkena gempa. Seakan duka tak mau beranjak pergi dari bumi nusantara yang terkenal dengan sumber daya Alam yang melimpah.
Ada tanda tanya besar, sebenarnya apa yang menyebabkan bencana terus terjadi di bumi khatulistiwa ini? Menjadi sebuah perenungan besar bagi kita semua bahwa setiap bencana merupakan sebuah pelajaran yang berharga. Bahwa ini semua merupakan qodho dari Alloh Swt. Bagi seorang muslim wajib mengimaninya dan bersikap ikhlas, ridho ketika ditimpa bencana terutama bagi para korban maupun keluarga korban. Ini adalah ujian dari Alloh swt. Hal ini termaktub di dalam Alquran 2 :155.
Setiap ujian bencana yang melanda merupak penghapus dosa bagi yang ikhlas menerimanya. Terjadi bencana gempa dan tsunami di Palu, khususnya ada hal-hal diluar faktor qodho Alloh SWT. contohnya saja, alat pendeteksi gempa mengalami kerusakan yang tidak segera diperbaiki maupun diganti dari sejak 2012 sehingga ketika pencabutan peringatan dini tsunami terkesan terburu-buru yang pada akhirnya ketika gempa terjadi yang disusul tsunami sudah tidak terelakkan lagi. Korbanpun berjatuhan dimana -mana dan menelan korban yang sangat banyak. Ketika korban terjadi diperparah dengan kondisi logistik yang sangat tidak memadai bnyak korban yang kelaparan bahkan ketersediaan air bersih pun susah. Seharusnya pemerintah sigap dengan kondisi ini, bukan malah terkesan abai. Bahkan ketika ada kesan "perintah" untuk memenuhi kebutuhan mereka dengan menjarah toko -toko yang ada di sekitar justru menambah persoalan baru karena dimanfaatkan oleh mereka yang tidak terkena gempa dengan menjarah barang-barang barang elektronik. Bahkan ada yang menjarah SPBU, ATM dan lainnya Ironis memang seharusnya hal ini tidak sampai terjadi. Berbagai persoalan baru muncul semakin memperparah kondisi korban dan semakin bertambah karena kesalahan dan berbagai kemaksiatan para penguasa. Objek wisata dan tradisi yang berbau kemaksiatan yang kembali di gaungkan untuk menarik perhatian wisatawan. Adanya hal ini tentu mengundang teguran dari Alloh swt. Para penguasa yang tidak amanah dalam pengurusan rakyat malah sibuk berbantah bantahan tuding sana sini dan menyatakan bahwa penjarahan tidak ada bahkan ketika FPI yang sigap memberikan bantuan dianggap hoax hal ini tentu saja sangat menyakitkan. Belum lagi berbagai kebijakan pemerintah yang menambah penderitaan berbagai kenaikan harga BBM, tarif listrik, tarif tol dan lainnya. Semakin hari dada masyarakat semakin sesak. Semua ini terjadi karena akibat kemaksiatan dan dosa-dosa yang diperbuat.
Saat ini sistem yang dianut adalah kapitalisme dengan aqidahnya sekulerisme, yang menjauhkan dan memisahkan agama dari kehidupan. Maka hal yang terjadi adalah setiap orang bahkan penguasa abai terhadap nilai -nilai agama. Tidak peduli dengan kondisi rakyatnya. Yang penting selama masih ada kemanfaatan akan diambil. Tidak peduli halal dan haram, mengandung kesyirikan ataukah tidak karena di sinyalir terjadinya gempa ini setelah ada perayaan yang berbau kesyirikan.
Islam sebagai agama rahmatan lil alamin dan pemberi solusi jitu terhadap setiap persoalan hidup baik yang berupa bencana maupun bukan mampu di atasinya. Hal ini bisa kita lihat dari kisah sayyidina ummar bin khotob seorang penguasa adil ketika terjadi gempa beliau mengucapkan sanjungan dan pujian dengan wasilah keadilannya, bumi pun bisa bersahabat dengan manusia. Namun apabila manusia terus menerus melakukan kemaksiatan, maka bencana akan terus melanda. Maka hal yang harus dilakukan adalah dengan segera bertobat secara keseluruhan oleh seluruh komponen bangsa ini dengan melepaskan dari jeratan sistem kapitalisme yang sudah jelas jelas menyengsarakan manusia.