Oleh, Hilda Herawati, S.Kom (Guru SMK di Sukabumi)
Pada suatu siang yang cerah, tersebutlah Ajeng, salah seorang siswa saya bercerita tentang info yang menurutnya viral di kalangan pelajar.
Dia menyebutkan ada salah seorang pelajar di salah satu SMA Negeri di kota sukabumi yang berani berfoto 'vulgar' hanya untuk mendapatkan skin Mobile Legend. Ceritanya, sebut saja si "V" adalah seorang pelajar sekaligus gamer Mobile Legend (ML). Dia ingin sekali membeli salah satu Skin Mobile Legend secara online, harga yang ditawarkan si penjual cukup mahal, akhirnya si penjual menawarkan Skin ML secara gratis dengan syarat si "V" berfoto vulgar dan dikirim ke si penjual. Singkat cerita, fotopun tersebar di kalangan pelajar di kota sukabumi. Astagfirullah!!! Kalau sudah tersebar, siapa yang harus disalahkan dan bertanggung jawab?
Kejadian seperti di atas merupakan gambaran kecil dari tindak pelecehan terhadap perempuan. Kadang kala, munculnya pelecehan pun karena ada umpan dari perempuan itu sendiri. Atas nama kebebasan berekspresi, kaum hawa malah mengobral aurat dan kecantikannya. Ide kebebasan (liberalisme) juga telah mengubah perilaku manusia bak binatang yang menumbuh suburkan pornografi dan pornoaksi. Bahkan telah membuat urat malu mereka bisa dibeli, makanya gampang dilecehkan dan berani melakukan apapun demi mendapat apa yang diinginkan walau tindakannya itu tidak bermoral bahkan melanggar syariat Islam.
Inilah realita di depan mata kepala. Sebagai seorang guru, saya prihatin dan miris atas kejadian di atas. Saya ingin mencoba menjelaskan hal-hal yang terjadi dengan kebanyakan pelajar di luar sana akibat ide kebebasan (liberalisme).
Potensi para pelajar seakan tereliminasi oleh perilaku yang kurang baik, hal itu disebabkan karena sebagian besar pelajar kurang pendampingan, pengawasan dan pembimbingan baik dari sekolah, guru dan juga orangtua. Ditambah lingkungan tempat hidup yang tidak peduli dan individualis, serta belum maksimalnya pengelolaan negara dalam pendidikan berkarakter. Semua kerusakan itu berawal dari pendidikan sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan.
Tentu virus liberalisme ini harus dicegah bahkan harus dihentikan. Bagaimana caranya?
Pertama, menanamkan akidah yang lurus kepada para pelajar melalui proses berpikir dan memahami bukan doktrinal apalagi sekadar hapalan rukun iman. Proses berpikir dalam keimanan inilah yang akan menjadikan akidah seseorang menjadi kokoh tak mudah goyah.
Kedua, menanamkan pemahaman Islam yang menyeluruh, yakni Islam yang mengatur seluruh aspek kehidupan, bukan sekedar ritual dan individual tetapi menjadikan Islam sebagai jalan hidup.
Ketiga, melakukan pembinaan yang kontinyu, terstruktur serta sistematis kepada pelajar sehingga terbentuk kepribadian Islam yang kokoh.
Dengan cara ini, insya Allah pelajar kita akan terbentengi dari berbagai virus yang melemahkan akidah, termasuk virus liberalisme. Jaga diri, Jaga iman dan pastinya jaga kehormatan. Semangat menjadi pribadi tangguh!