Oleh Imas Sunaengsih, Sukaraja.
Tahun baru hijrah telah tiba, kaum muslim menyambutnya dengan suka cita. di Sukabumi sejumlah kegiatan seremonial seperti pawai dan tablig akbar biasa di adakan untuk menyambut tahun baru islam. Dengan pergantian tahun baru hijrah ini, ada harapan dari umat bahwasanya dapat memberikan kehidupan yang lebih baik dari tahun sebelumnya.
Namun yang sangat penting dari tahun baru hijrah ini adalah memaknai peristiwa hijrahnya Nabi saw dan para sahabat dari mekah ke madinah.di mana madinah merupakan pusat pemerintahan kaum muslim yang pertama.di sana Rasulullah saw dan selanjutnya khulafa ar-Rasyidin mengatur urusan umat muslim baik untuk urusan dalam maupun luar negeri. Nabi saw mengirim delegasi ke sejumlah negeri seperti mesir,Persia dan romawi untuk mengajak mereka memeluk agama islam dan tunduk pada kekuasaan beliau.beliau juga mengirim pasukan ke berbagai medan peperangan,baik yang di pimpin langsung oleh beliau maupun di serahkan kepada para sahabat.pada masa khulafa ar-Rasyidin luas kekuasaan kaum muslim empat kali lebih luas di bandingkan Prancis dan Jerman,meliputi Jazirah Arab,Persia hingga wilayah Syam dan Palestina serta sebagian Afrika.Begitu pentingnya makna hijrah,maka penetapan awal kalender hijrah pun diawali dari peristiwa hijrah tersebut.
Kondisi saat ini tak jauh berbeda dengan kondisi saat nabi saw dan para sahabat berada di mekah, misalnya saja berbagai tuduhan fitnah,tudingan radikaisme,anti kebinekaan,pemecah persatuan negeri,persekusi kepada para mubalig dan ulama karena mereka hanya ingin menyelamatkan negeri dengan syariat islam dll terus di gaungkan pada agama.
Dengan demikian hendaknya momen tahun baru hijrah tidak di jadikan rutinitas seremonial saja,melainkan harus di ambil maknanya dari peristiwa hijrahnya Rasulullah saw, yakni perubahan revolusioner yang harus dilakukan dengan menerapkan syariat islam secara kaffah sebagai aturan kehidupan pribadi,bermasyarakat dan bernegara, sekaligus meninggalkan aturan hidup jahiliah,sebagaimana yang berlaku saat ini.