Oleh: Hani Iskandar. (Pengajar STP khoiru ummah)
Sejak tahun 1856 silam, Lombok sebagai salah satu wilayah bagian Indonesia sering mengalami gempa berkekuatan cukup besar, terbaru pada tanggal 5 Agusus 2018 kemarin, Lombok kembali dilanda gempa dengan kekuatan 7,0 skala richter dan potensi tsunami kecil. Puluhan korban terluka, ratusan bangunan hancur, jalan-jalan retak, ekonomi Lombok sebagai salah satu kota pariwisata sayu sementara waktu, entah sampai kapan. Yang pasti inilah bencana, jika Allah SWT sudah menetapkan Qodho Nya, tak ada yang mampu menahan atau memprediksi sedikit pun. Indonesia berduka.
Bencana yang datang hendaklah disikapi dengan bijak dan penuh kesabaran. Adakalanya banyak yang berpendapat bahwa bencana alam yang melanda dikarenakan murni faktor alam, bumi sudah semakin tua, iklim dan cuaca tak lagi bisa diprediksi, atmosfer semakin menipis, dan lain-lain. Namun ada juga yang selalu mengaitkan bahwa tak ada satupun kejadian di muka bumi ini, melainkan terjadi atas seijin yang Maha Pencipta, Allah SWT. Dalam beberapa ayat Al-Qur'an Allah senantiasa menjelaskan bahwa musibah yang terjadi di bumi ini dikarenakan rusaknya bumi oleh tangan-tangan manusia sendiri.
Pembuangan limbah dan sampah sembarangan, pengelolaan yang salah dalam penggunaan lahan selain menyebabkan banjir besar dan menjadi penyebab munculnya berbagai penyakit, suhu panas yang semakin meningkat dikarenakan pengelolaan infrastruktur bangunan yang salah diantaranya imbas dari efek rumah kaca, polusi udara karena pembakaran liar juga limbah asap kendaraan, dan masih banyak lagi yang lainnya yang semuanya didukung oleh seperangkat sistem aturan negara yang mengatur regulasinya secara keliru merupakan kesalahan-kesalahan dan kelalaian serta kemaksiatan pada setiap larangan Allah SWT pencipta bumi ini beserta segala makhluk seisinya.
Nampaknya tak berlebihan kalau kita mencoba memahami makna ayat Al-Qur;an juga penjelasan Rosululloh SAW dalam haditsnya karena 2 sumber hukum ini yang dapat menjelaskan pada setiap muslim tentang datangnya bencana. Firman Allah SWT yang artinya telah tampak kerudakan disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). ( Qs. Ar-Ruum : 41)
Terjemah dari ayat di atas mengisyaratkan dengan kuat bahwa kerusakan yang ada di muka bumi ini bukanlah semata-mata Qodarulloh, tapi ada peran manusia yang bermaksiat dan merusak amanah berupa alam semesta beserta isinya. Yang seharusnya dikelola dan dimanfaatkan sebaik-baiknya berdasar perintah Allah SWT, ini justru sebaliknya, pengelolaan di luar batas aturan Islam, dan pemanfaatan hanya dirasakan oleh segelintir orang. Sebagai penguat, kita pun perlu memperhatikan hadits Rosululloh SaW berikut :
Suatu kali di Madinah terjadi gempa bumi. Rasulullah SAW lalu meletakkan kedua tangannya di atas tanah dan berkata, "Tenanglah … belum datang saatnya bagimu.'' Lalu, Nabi SAW menoleh ke arah para sahabat dan berkata, "Sesungguhnya Rabb kalian menegur kalian … maka jawablah (buatlah Allah ridha kepada kalian)!". Dalam hadits di atas dan masih terdapat di hadits-hadits lain, bahwa sesungguhnya bencana yang terjadi pada mausia disebabkan karena ketidakridhoan Alloh SWT pada maksiat yang dilakukan oleh manusia.
Perlu kita tadaburi apa sesungguhnya makna ‘maksiat’, juga bentuk-bentuk maksiat pada Allah yang harus kita ketahui agar terhindar dari bencana. Terlepas dari itu semua, satu hal yang pasti, ketika bencana datang terlepas dari siapa, berapa banyak yang bermaksiat, dan maksiat apa yang dilakukan, akibat dari bencana itu tak hanya berimbas pada yang melakukan maksiat saja, namun orang yang ta’at pun akan terkena adzabnya. Untuk itu, mari belajar dari setiap kejadian. Bencana apapun, gempa, banjir, tsunami, gunung meletus dan lain sebagainya, hendaklah menjadikan kita senantasa waspada terhadap segala tindak tanduk kita, baik perbuatan maksiat yang bersifat perusakan alam secara fisik dan terlihat, maupun perbuatan maksiat yang tidak terihat dan tak disadari berupa pelanggaran dan pengabaian terhadap segala aturan sang maha Pencipta Alam Semesta. Wallohualam