Oleh : Endah Dwianti
PT. GDM Solusi Cantik
Dunia ibu adalah dunia multitasking yang tak berkesudahan. Hanya pada jam tidur saja ia bisa merenggangkan otot-ototnya. Namun, jika masih punya baby, harus siap siaga 24 jam. Belum lagi aktivitas mengurus rumah tangga, dakwah, ta'lim, bisnis dan seabreg amanah sebagai ibu negara lainnya. Lelah? Sangat. Jangan ditanya! Hal ini kadang membuat baper. Merasa melakukan semua sendiri, tiada yang peduli. Saat-saat seperti ini butuh bahu untuk bersandar.
Manusiawi, karena dalam lelah itulah pahala berlimpah disediakan Allah bagi kita. Ikhlas, sabar dan tetaplah mengharap ridho Allah. Itulah puncak tertinggi kebahagiaan pelipur lara. Betul, tugas pengasuhan anak adalah kewajiban utama istri. Tapi ingat, istri bukan robot. Ada hal-hal yg tak bisa dilakukan istri untuk membentuk sebuah karakter. Apa itu? Karakter kepemimpinan, jiwa petarung, kelelakian/kebapakan, kematangan emosional. Anak laki-laki yang dididik hanya oleh ibu di usia Balitanya, cenderung memiliki emosional yg tak stabil.
Kenapa? Karena berbeda ikatan emosional ibu dan ayah. Ikatan emosional ibu cenderung pada kasih sayang dan lemah lembut. Sedangkan, menanamkan sikap disiplin dan mandiri sangat dibutuhkan peran ayah membentuknya. Ayah akan menampilkan emosional pemberani, tak cengeng. Maka, anak butuh dekat dengan ayahnya. Agar ia bisa mengenal gendernya sejak dini. Membedakan aktivitas-aktivitasnya dengan anak perempuan.
Faktanya, yang terjadi kebanyakan justru terbalik. Ayah merasa cukup hanya mencari nafkah saja. Rumah baginya tempat untuk istirahat dari penatnya suasana kerja. Tak jarang, mereka lebih suka sibuk refreshing degan gadgetnya daripada sekadar bermain degan anak, menggambarkan mobil-mobilan, main kejar-kejaran, jalan-jalan, memperbaiki mainan, dan aktivitas lainnya. Padahal, aktivitas yang dianggap sepele bersama anak tadi, sangat luar biasa hasilnya.
Entah kenapa, yang ramai belajar parenting itu adalah kaum ibu. Padahal, seharusnya ayah juga lebih butuh, kan? Lihatlah, di dalam Al-Qur'an dialog-dialog penanaman akidah terhadap anak dimulai oleh ayah. Dalam QS. Luqman : 13 jelas terlihat bahwa Luqman sedang menasehati anaknya, "Yaa bunayya..laa tusyrik billah. Inna syirka ladzulmun adziim". Sebagai Ayah, Luqman menanamkan pondasi agama (akidah), syariah, ibadah, dakwah dan akhlaq mulia. Rangkaian pelajaran berupa nasihat itu dituturkan hingga ayat 19.
Sebaiknya memang ada sinergisitas antara peran pengasuhan ayah dan ibu. Agar generasi jaman now tidak menjadi generasi yang fatherless. Karena peran Ayah bukan hanya sebatas pencari nafkah. Ia berperan penuh dalam menentukan karakter anak, terutama anak laki-laki. Mari kita mulai perbaiki kualitas generasi kita mulai dari rumah. Agar generasi pemimpin nan cemerlang yg diharapkan lahir dari rumah kita.