Manfaat Puasa untuk Kesehatan Mental

Sukabumiupdate.com
Kamis 20 Mar 2025, 15:26 WIB
dr. Imran Pambudi, MPHM*. |Foto: Istimewa

dr. Imran Pambudi, MPHM*. |Foto: Istimewa

Penulis: dr. Imran Pambudi, MPHM*

Praktik puasa tidak hanya membawa manfaat spiritual, tetapi juga memiliki dampak besar pada kesehatan mental. Berbagai penelitian terbaru mengungkapkan bagaimana puasa dapat mengurangi tingkat stres, meningkatkan pengendalian diri, dan memperkuat kesehatan psikologis individu.

Sebuah penelitian yang dilakukan di MAN 2 Kota Cilegon pada tahun 2019 menunjukkan hasil yang mencengangkan: praktik puasa memiliki kontribusi sebesar 98,01% terhadap peningkatan kesehatan mental siswa. Penelitian ini menyoroti bagaimana pengendalian diri dan peningkatan spiritualitas yang terjadi selama puasa membantu siswa mengembangkan regulasi emosi yang lebih baik. Kesimpulan penelitian ini adalah adanya hubungan yang sangat kuat antara puasa dengan pengendalian emosi dan tingkat kebahagiaan para siswa.

Baca Juga: Cara Mengatasi Mual dan Pusing Saat Puasa: Tips dan Trik Agar Puasa Lancar

Pengendalian Diri Jadi Kunci Utama

Puasa melibatkan proses penahanan diri dari makan, minum, dan hasrat lainnya selama periode tertentu. Proses ini, menurut penelitian, mampu melatih pengendalian diri dan kesabaran. Studi Universitas Sirjan Azad menemukan bahwa individu yang berpuasa menunjukkan pengendalian diri yang lebih kuat, yang berdampak positif pada kesehatan mental mereka. Peneliti menemukan bahwa pengendalian diri selama puasa ini membantu individu untuk lebih tenang dalam menghadapi tekanan hidup.

Efek Positif pada Metabolisme Otak

Puasa memiliki dampak signifikan pada metabolisme otak, yang berkontribusi pada peningkatan fungsi kognitif dan kesehatan mental. Menurut penelitian yang dipublikasikan oleh *Medcom.id*, puasa meningkatkan produksi Brain-Derived Neurotrophic Factor (BDNF), protein yang mendukung pertumbuhan dan regenerasi sel otak. BDNF ini berperan penting dalam meningkatkan daya ingat, memperbaiki fungsi kognitif, dan melindungi otak dari penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer.

Selain itu, puasa memicu proses autofagi, yaitu mekanisme alami tubuh untuk membersihkan sel-sel rusak, termasuk di otak. Proses ini membantu memperbaiki jaringan otak yang rusak, sehingga meningkatkan ketajaman berpikir dan suasana hati.

Ketenangan Pikiran Selama Berpuasa

Puasa juga dikenal sebagai sarana untuk mencapai ketenangan pikiran. Menurut penelitian dari National Library of Medicine (2024), puasa membantu mengurangi produksi hormon stres seperti kortisol, yang membuat tubuh dan pikiran lebih rileks. Selain itu, aktivitas spiritual selama puasa, seperti doa dan zikir, berfungsi sebagai bentuk mindfulness yang membantu individu tetap fokus pada momen saat ini. Praktik ini terbukti mengurangi kecemasan dan meningkatkan rasa damai.

Peningkatan hormon kebahagiaan seperti serotonin dan endorfin selama puasa juga berkontribusi pada suasana hati yang lebih positif. Hal ini mirip dengan efek yang dirasakan setelah berolahraga, di mana tubuh merasa lebih tenang dan bahagia.

Tren Gangguan Jiwa Selama Ramadan

Bulan Ramadan sering kali menjadi momen refleksi dan perbaikan diri, tetapi juga dapat memengaruhi tren gangguan jiwa. Menurut data dari Universitas Negeri Surabaya (UNESA), angka gangguan mental di Indonesia, seperti kecemasan dan depresi, tetap tinggi, dengan sekitar 1 dari 20 remaja terdiagnosis memiliki gangguan mental. Namun, selama Ramadan, banyak individu melaporkan penurunan gejala stres dan kecemasan berkat praktik puasa dan aktivitas spiritual.

Salah seorang peneliti - Prof. Dr. Hj. Siti Nur Azizah, M.A., menjelaskan bahwa puasa dapat menjadi terapi jiwa yang efektif, karena puasa menjaga hormon kortisol yang berkaitan dengan respons tubuh saat stres dan menghasilkan hormon endorfin, yang dikenal sebagai hormon kebahagiaan. Ia juga menambahkan bahwa Ramadan adalah waktu yang ideal untuk membersihkan "sampah pikiran" dan mendekatkan diri kepada Tuhan, yang dapat mendatangkan ketenangan jiwa.

Namun, penting untuk dicatat bahwa bagi sebagian individu, terutama mereka yang memiliki gangguan mental berat seperti skizofrenia, Ramadan dapat menjadi tantangan. Dukungan keluarga dan komunitas sangat penting untuk membantu mereka menjalani bulan suci ini dengan baik.

Para ahli merekomendasikan beberapa langkah untuk menerapkan puasa secara optimal demi mendukung kesehatan mental, seperti menetapkan tujuan spiritual, berfokus pada mindfulness, menjaga pola hidup sehat, dan berbagi pengalaman dengan komunitas.

Puasa yang dilakukan dengan cara yang benar tidak hanya memperkuat kesehatan fisik tetapi juga memberikan harmoni antara tubuh, pikiran, dan jiwa, sehingga puasa memiliki manfaat luar biasa dalam dunia kesehatan mental. Dengan pengendalian diri, pengurangan stres, dan koneksi spiritual yang diperoleh selama puasa, praktik ini semakin relevan dalam menghadapi tantangan kehidupan modern.

*) Direktur Pelayanan Kesehatan Kelompok Rentan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia/Mitra Dompet Dhuafa

Berita Terkait
Berita Terkini