SUKABUMIUPDATE.com - Memperingati Hari Disabilitas Internasional 2019, Himpunan Mahasiswa PGSD Universitas Nusa Putra (NPU) Sukabumi bersama Helen Keller International (HKI) menyelenggarakan kampanye publik pendidikan inklusif berbasis masyarakat, di Aula Kantor Desa Cibolangkaler, Cisaat, Kabupaten Sukabumi, Selasa (10/12/2019).
BACA JUGA: Mahasiswa Universitas Nusa Putra Berpartisipasi dalam Kegiatan HKI-UNICEF
Acara ini diikuti oleh pemerintah Desa Cibolangkaler, anggota PKK dan warga perwakilan masing-masing RW. Dan mengangkat tema 'Syukuri perbedaan, nikmati keberagaman'.
Perwakilan Program Studi (Prodi) PGSD NPU Sukabumi, Dede Permana dalam sambutannya menyampaikan terima kasih kepada kepala desa dan masyarakat yang antusias mengikuti kegiatan ini.
Lomba make over hijab, sebagai simbol orang-orang yang memiliki hambatan penglihatan tetapi tetap mampu berbuat kreatif.//FOTO: KOKO MUHAMAD.
Menurut Dede, Pendidikan Inklusif akan menyatukan perbedaan suku, ras, agama, budaya, dan juga keadaan seseorang yang memiliki hambatan-hambatan fisik. "Ini mendukung kebhinekaan Indonesia, cita-cita Nusa Putra dan Bangsa Indonesia," kata Dede.
Sementara Kepala Desa Cibolangkaler Asep Fadlillah, mengatakan, perbedaan juga ada di desanya, terutama perbedaan keadaan ekonomi. Namun, dengan pola pemberdayaan yang sudah dilakukan pemerintah desanya, saat ini jumlah warga miskin sudah berkurang. "Tinggal 353 orang lagi warga miskinnya," imbuh Asep.
BACA JUGA: PGSD Universitas Nusa Putra dan Helen Keller International Kerjasama Kampanye Pendidikan Inklusi
Kegiatan kreatif dan inovatif ini, sambung Asep bisa di dokumentasikan, selanjutnya bisa ditiru oleh desa lain di Kecamatan Cisaat. "Terutama untuk merubah mindset masyarakat," paparnya.
Perwakilan dari HKI, Utomo menuturkan, saat ini HKI melanjutkan tugas UNICEF, Kemenag dan Kemendiknas yang pada tahun 2002 telah melaksanakan sosialisasi pendidikan inklusif di Kabupaten Sukabumi.
"Waktu itu diturunkan bantuan, tapi gurunya tidak mengerti. Maka dari 2002 sampai 2010 dilanjutkan, dan menghasilkan tujuh sekolah inkusif di Kabupaten Sukabumi, satu SMA dan enam SD," terang Utomo.
Menurut Utomo saat ini ada 11 Sekolah Luar Biasa (SLB) di Kabupaten Sukabumi, jumlah ini masih jauh dari jumlah kecamatan. Maka, lanjut dia, setiap sekolah wajib menerima siswa yang memiliki hambatan yang mau sekolah.
"Kalau tidak menerima ada sanksinya, mulai teguran sampai sanksi administrasi," kata mantan Kepala Seksi Kurikulum SD, Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi ini.
Setelah pembukaan acara dilanjutkan dengan perlombaan make over hijab, memasak, pembuatan kreasi dari limbah sampah dan perlombaan pemaknaan inklusif dalam kegiatan. Acara berlangsung meriah, selain teriakan ibu-ibu peserta lomba, sorakan pendukung dan penonton menambah suasana semakin ramai dan gaduh.