SUKABUMIUPDATE.com – Teori Multiple Intelligences (MI) merupakan teori yang diajukan oleh ahli psikologi perkembangan dari Harvard, Howard Gardner, pada 1983. Teori tersebut menyatakan bahwa manusia memiliki beberapa jenis kecerdasan. Â
Menurut Gardner, kecerdasan adalah kemampuan seseorang dalam beradaptasi terhadap situasi, tertentu dan kemampuan dalam menyelesaikan sebuah masalah. Dari hasil penelitiannya, Gardner berhasil mengidentifikasi delapan kecerdasan manusia yang mana bentuk dan jenis kecerdasan masih bisa bertambah seiring dengan penelitian yang dilakukan oleh para ahli kecerdasan ke depannya.
Delapan kecerdasan itu di antaranya, Matematis/logis, visual/spasial, linguistik/verbal, bodily kinestetik, inter-personal, intra-personal, natural, dan musikal.
Teori Multiple Intelligences ini sudah banyak dipraktekan dalam dunia pendidikan dan menyatu ke dalam kurikulum 2013. Akan tetapi, penerapannya yang cukup rumit terkadang menyebabkan kurang optimalnya penerapan teori ini di lapangan.
Akhirnya tak sedikit guru menyerah dan akhirnya kembali ke dalam metode lama mereka, yaitu ceramah, karena sebagian guru beranggapan bahwa metode ceramah merupakan metode sangat simple dan sangat dikuasai oleh guru, padahal bentuk keragaman metode belajar sangat diperlukan karena pada dasarnya setiap siswa memiliki berbagai kecerdasan berbeda.
Akan tetapi, tidak sedikit sekolah yang mulai menerapkan Multiple Intelligences di sekolahnya, dan berhasil. Contohnya adalah sekolah-sekolah yang berhasil menerapkan Multiple Intelligences yang dijelaskan oleh Munif Chatib, seorang pakar Pendidikan, dalam bukunya Sekolahnya Manusia.
Di Sukabumi juga terdapat sekolah yang mengadaptasikan Multiple Intelligences secara komprehensif ke dalam sistem sekolah tersebut, yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA) Doa Bangsa. SMA Doa Bangsa mulai menerapkan Multiple Intelligences sebagai landasan sistemnya sudah dimulai semenjak sekolah tersebut didirikan.
Sistem Multiple Intelligences di SMA Doa Bangsa yang beralamat di beralamatkan di Jalan Karang Tengah KM 14, Sesa Karang Tengah, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi tersebut, dimulai semenjak calon siswa diterima di sekolah tersebut. SMA Doa Bangsa akan melakukan sebuah tes pendahuluan terhadap kemampuan siswa melalui tes yang dinamakan pre-diagnosis Multiple Intelligences.
BACA JUGA:
Co-Teacher; Salah Satu Sistem Andalan SMA Doa Bangsa Pecahkan Problematika Penilaian Autentik Siswa
Doa Bangsa: SMA Baru dengan Sistem Unik dan Beragam Prestasi Membanggakan
Kepala SMA Doa Bangsa, Teguh Eka menjelaskan, Pre-diagnosis Multiple Intelligences bertujuan untuk mengetahui sejauh mana orang tua calon siswa dan calon siswa memahami kemampuan calon siswa itu sendiri.
Dari data diagnosa tahun sebelumnya, banyak orang tua siswa yang tidak mengetahui kemampuan apa yang harus dikembangkan dalam diri siswa, atau memaksakan kemampuan yang dimiliki siswa terhadap jenis kecerdasan yang tidak mereka kuasai.
“Hal inilah yang harus diubah mindset-nya dari setiap orang tua, jangan memaksakan kemampuan si anak padahal ada jenis kecerdasan lain yang dapat mereka kembangkanâ€, ujarnya kepada sukabumiupdate.com, Jumat (7/4).
Setelah pre-diagnosis dilaksanakan, menjelang masuk sekolah, setiap anak mengikuti Multiple Intelligences Test (MIT) untuk mengetahui kecerdasan mana yang dominan yang dimiliki oleh anak.
“Melalui MIT, setiap siswa akan diketahui kecerdasan dominannya. Hal ini yang harus kita fahami jangan sampai kita beranggapan bahwa anak yang memiliki kemampuan dominan di linguistik tidak apa-apa jelek di Matematika, akan tetapi melalui pintu linguistiklah kita mampu mengoptimalkan kemampuan Matematika anak tersebut. Hal ini yang akan menjadi landasan metode belajar apakah yang akan dilakukan di dalam kelas oleh para guru,†tambah Teguh.
Setelah mengetahui potensi siswa, SMA Doa Bangsa mengklasifikasikan kemampuan menjadi Multiple Intelligences General, Multiple Intelligences Classical, dan Multiple Intelligences Individual. Multiple Intelligences General adalah untuk mengetahui dominansi kecerdasan apa yang dimiliki siswa dalam satu angkatan.
Multiple Intelligences Classical adalah untuk mengetahui dominasi kecerdasan apa yang dimiliki siswa dalam satu kelas, biasanya digunakan sebagai pertimbangan metode belajar apa yang akan diterapkan. Sedangkan Multiple Intelligences Individual merupakan kecerdasan dominan pada setiap siswa yang kemudian akan dikembangkan oleh tim pengembang Multiple Intelligences.
“Tim pengembang Multiple Intelligences merupakan tim yang terdiri dari para guru yang memiliki dedikasi besar terhadap perkembangan siswa. Kami mencoba untuk mengoptimalkan kemampuan masing-masing siswa, karena kami yakin pada dasarnya setiap siswa itu cerdas,†pungkas Teguh.
Alhasil, melalui penerapan Multiple Intelligences, SMA Doa Bangsa mampu menghasilkan berbagai prestasi baik di tingkat kabupaten/kota, antar wilayah, dan tingkat nasional di usianya yang masih terbilang muda, yaitu 9 bulan.
“SMA Doa Bangsa bukanlah sekolah yang secara sempurna menerapkan Multiple Intelligences, tapi kami berkomitmen dengan setiap kemampuan yang kami punya serta dengan berbagai keterbatasan yang ada kami berkomitmen untuk memberikan yang terbaik untuk para siswa kamiâ€, ujar Teguh di akhir perjumpaan kami. adv