SUKABUMIUPDATE.com - Cantik, gemulai, serta enerjik. Itulah kesan yang didapat dari Tesya Pangastika Putri saat membawakan tari Jaipong tradisional maupun Jaipong modern. Gadis berusia 17 tahun yang masih tercatat sebagai siswi Kelas XII Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 2 Kota Sukabumi ini memang terampil menari, dan terus berupaya menggapai impian menjadi penari profesional.
Dunia tari bukanlah hal yang baru bagi Tesya, sejak masih anak-anak ia sudah mulai menari. Namun, ketertarikanya pada tari tradisional baru sekitar tiga tahun lalu. Untuk mengasah kemampuannya menari tradisional, ia bergabung di Sanggar Tari RomandoArt, Kota Sukabumi.
Menurut Tesya keinginannya mempelajari tari tradisional, diawali rasa prihatin atas masa depan seni tradisional ini itu sendiri. "Suka sedih kalau lihat lomba tari, untuk kategori seni tradisional khususnya di tingkat pelajar selalu sedikit pesertanya, ini berbeda dengan kategori tarian modern. Akhirnya saya putusin buat belajar tari tradisional," Tesya menuturkan awal ketertarikannya menjadi penari tradisional, Minggu (29/1).
Lebih jauh, kepada sukabumiupdate.com, Tesya mengakui jika tarian tradisional lebih sulit untuk dipelajari. "Lebih sulit tarian tradisional. Makanya saya ngerasa dapet tangtangan baru."
Namun demikian, pemilik rambut panjang ini terbilang beruntung, pasalnya kedua orang tua Tesya mendukung penuh hobinya tersebut. Meski bukan dari keluarga seniman Sunda, namun ibunya yang seorang instruktur senam sedikit banyak mengerti dunia yang digeluti putrinya itu.
Kini, gadis yang tinggal di Kampung Jubleg, Kecamatan Kebonpedes, Kabupaten Sukabumi ini berharap bisa menimba ilmu tari Sekolah Tinggi Seni Indonesia. "Ingin jadi sarjana tari, kalau sudah lulus, mau bikin sanggar tari di rumah biar bisa ngajarin dan ngenalin tari ke anak-anak sejak usia dini," pungkasnya.