SUKABUMIUPDATE.com - Bagi pertanian modern panen padi setahun sekali pasti dianggap tidak produktif, namun hal inilah yang telah menjamin kemandirian pangan masyarakat adat selama ratusan tahun.
Dengan pola cocok tanam seperti ini, warga adat masih bisa menyisihkan sebagian besar padinya untuk disimpan di leuit sebagai persediaan. Seperti yang dilakukan oleh masyarakat adat di Kampung Ciptarasa, kampung adat yang masih menjadi bagian dari Kasepuhan Ciptagelar di Desa Sirnarasa, Kecamatan Cikakak.
Memasuki kawasan adat ini kita dapat dengan mudah menemukan leuit di antara rumah-rumah panggung khas masyarakat Sunda yang berjejer rapi bak tengah berbaris.
Nilai kearifan lokal Ciptarasa dalam upaya menjaga ketersediaan pangan, bisa dilihat dari jumlah leuit yang lebih banyak dibandingkan rumah warganya sendiri. Hal ini karena setiap satu keluarga biasanya memiliki lebih dari satu leuit.
Menurut Ajuk bin Enjay (38), salah seorang warga adat, tidak pernah ada warga adat yang kekurangan beras. "Kalau habis tinggal ambil seperlunya di leuit, lalu ditumbuk. Warga malah jarang mengolah beras dari padi yang baru dipanen, karena stok padi musim sebelumnya juga masih banyak tersedia."
Ditambahkan Ajuk kepada sukabumiupdate.com, pada masyarakat adat seluruh rangkaian mengelola sawah atau ladang memang telah diatur oleh adat, dari mulai mengolah tanah atau membuka lahan, tebar benih, hingga menentukan masa panen, semua sudah diatur sesuai kebiasaan turun temurun.
Berbeda dengan masyarakat pada umumnya, warga Kampung Adat Ciptarasa selalu memberi waktu kepada tanah untuk beristirahat, setiap kali usai masa panen tanah sawah atau ladang, hingga waktu tanam berikutnya datang.