SUKABUMIUPDATE - Fajar menyingsing menampakan diri, saat ribuan warga dari sejumlah kampung adat Sinar Resmi, yang berada di Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi mulai memadati alun alun. Barisan sesepuh kampung adat sibuk mengatur warganya, yang akan ikut tradisi ngaseuk pare, ritual menanam padi berdasarkan kalender sunda dan hitungan bintang, yang jatuh pada hari ini, Jumat (7/10).
Abah Asep Nugraha beserta Ambu (istri-red) sang pemimpin di Kasepuhan Sinar Resmi keluar dari imah gede dan menuju alun alun. Bersama warga, Abah Asep memulai perjalanan menuju tanah adat di lereng Gunung Halimun, yang berjarak sekitar 3 kilometer dari alun alun kasepuhan Sirnaresmi.
Perjalanan kaki yang cukup panjang ini tidak begitu terasa, karena diiringi kesenian tatabuhan Dogdoglojor dan Jipeng. Sesampai di tanah adat seluas hampir 5 hektar ini, tanpa aba abah warga langsung membuat pagar mengelilingi lokasi tersebut.
Dengan tanda dari Abah, tradisi ngaseuk padi pun dimulai secara serentak dan bersama-sama. Batang kayu yang dipegang oleh warga mulai ditumbukan ke tanah hingga erbentuk lubang kecil, tempat bersemanyamkan buah padi sebagai bibit awal.
Saragosa Gia, anak pertama Abah Asep, menjelaskan penanggalan tradisi Ngaseuk Padi adalah tradisi yang sudah dilakukan oleh kakek nenek moyang mereka 438 tahun yang lalu. Tradisi Ngaseuk Padi penanda dimulainya menanam padi di tanah huma.
“Dilakukan tiap tahun, menjadi penanda siklus kehidupan masyarakat adat di Kasepuhan Sinar Resmi yang sangat bergantung pada kemurahan Nyi Pohaci Sanghyang Asri,†jelasnya.
Tradisi yang dilakukan setelah acara Serentaun ini memiliki sisi filosofis masyarakat adat dalam sendi kehidupan selalu berdasarkan kepada kalender siklus padi. “Mulai dari tradisi Ngaseuk, Selamatan Pare Ngidam, Mapag Pare Beukah, Upacara Sawenan, Syukuran Mipit Padi, Nganyaran hingga Ponggokan, dijalankan masyarakat adat selama tujuh bulan lamanya,†uncap Gia lebih jauh.