SUKABUMIUPDATE.COM - Buruh perkebunan sebagai profesi belum mampu memberikan penghasilan yang memuaskan, buruh kebun sebagai pilihan hidup belum dapat memberikan kesejahteraan bagi kehidupannya.
Buruh kebun yang demikian sering dijumpai baik di perkebunan swasta maupun milik negara, dalam kehidupan sehari-hari perbedaan antara majikan dan buruh sangat berbeda jauh seperti "bumi dan langit". Fasilitas untuk jajaran majikan sangat bertolak belakang dengan yang didapatkan oleh para buruh kebun tersebut
Untuk buruh hanya diberi upah yang pas-pasan, kisaran Rp27.000-Rp35.000/hari, bahkan tidak ada jaminan kesehatan dan jaminan hari tua sehingga bekerja hanya sekedar menyambung nyawa, padahal pekerjaan ini adalah warisan dari keturunan sebelumnya.
"Sejak dilahirkan, dibesarkan dan bekerja saya selalau di tempat ini. Sedangkan untuk fasilitas rumah buruh kebun hanya disiapkan mess (rumah bedeng) dengan ukuran 3x4 yang dihuni satu keluarga secara turun temurun," ungkap Taupik salah seorang buruh di Perkebunan Teh Tugu Cimenteng Lengkong, Senin.
Taupik menjelaskan bahwa pekerjaan seperti ini dilakoni juga buruh perempuan, setelah solat shubuh. ia berjalan kaki dan ada yang naik truk perkebunan dengan menggendong keranjang bambu karena pukul 06.30 WIB sudah mulai memetik pucuk teh sampai pukul 11.00 WIB.
"Petikannya ditimbang untuk bekal makan dihari esok, Â pukul 15.00 WIB saya baru pulang ke bedeng untuk sekedar istirahat dan masak serta menyelesaikan pekerjaan rumah, begitu seterusnya sampai beranjak tua dan keturunan pun mengalami hal yang sama," tambah Taupik.