SUKABUMIUPDATE.com - Pemerintah Indonesia baru-baru ini memastikan mengenai penyakit lumpy skin disease atau penyakit kulit benjol yang sudah ditemukan di 31 desa di Pulau Sumatera.
Penemuan tersebut membuat Otoritas biosekuriti Australia bersiaga setelah penyakit virus serius yang menyerang sapi dan kerbau itu terdeteksi di Indonesia.
Melansir dari suara.com penyakit virus ini menyebabkan luka pada kulit, demam, kehilangan nafsu makan, penurunan produksi susu serta dapat menyebabkan kematian pada sapi dan kerbau. Lantas apa itu lumpy skin disease? Dan seberapa berbahaya penyakit tersebut?
Dikutip suara.com dari situs resmi Balai Besar Veteriner Wates, Lumpy Skin Disease adalah penyakit kulit infeksius yang disebabkan oleh Lumpy Skin Disease Virus (LSDV).
Virus tersebut merupakan materi genetik DNA dari genus Capripoxvirus dan famili Poxviridae.
Virus itu umumnya menyerang hewan sapi dan kerbau. Belum ada laporan terkait kejadian LSD pada ruminansia lain seperti kambing dan domba.
Dalam situs tersebut dituliskan bahwa Penularan LSD secara langsung melalui kontak dengan lesi kulit, namun virus LSD juga diekskresikan melalui darah, leleran hidung dan mata, air liur, semen dan susu. Penularan juga dapat terjadi secara intrauterine.
Secara tidak langsung, penularan terjadi melalui peralatan dan perlengkapan yang terkontaminasi virus LSD seperti pakaian kandang, peralatan kandang, dan jarum suntik.
Penularan secara mekanis terjadi melalui vektor yaitu nyamuk (genus aedes dan culex), lalat (Stomoxys sp, Haematopota spp, Haematobia irritans), migas penggigit dan caplak (Rhipicephalus appendiculatus dan Amblyomma hebraeum).
LSD pertama kali dilaporkan di Zambia, Afrika pada tahun 1929 dan terus menyebar di benua Afrika, Eropa dan Asia.
Pada tahun 2019, LSD dilaporkan di China dan India lalu setahun setelahnya dilaporkan di Nepal, Myanmar dan Vietnam.
Pada tahun 2021, LSD telah dilaporkan di Thailand, Kamboja dan Malaysia.
Masa inkubasi LSD berkisar antara 1 - 4 minggu. Walaupun mortalitas penyakit ini dibawah 10 persen, namun morbiditas yang sering dilaporkan adalah sekitar 45 persen.
Sejauh ini belum ada bukti bahwa penyakit ini zoonosis atau menular ke manusia. Meski demikian penting untuk mengetahui cara pencegahan penularan dari hewan tersebut.
source: suara.com