SUKABUMIUPDATE.com - Seorang pria bernama Abdul Rahim, asal Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan, menjadi perbincangan dan viral. Sebab dia mengaku seorang joki vaksin yang sudah mendapatkan 16 suntikan vaksinasi.
Dilansir dari Tempo.co, Guru Besar di Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Tjandra Yoga Aditama, menanggapi viralnya seorang pria yang mengaku telah 16 kali menerima vaksinasi Covid-19. Dia memberikan usul konkret agar para pakar kedokteran menelitinya jika kabar itu benar.
“Usul konkret, para pakar kedokteran kita, tentu di lokasi terdekat dengan orang itu, dapat menemui dan melakukan penelitian. Untuk melihat bagaimana kemungkinan dampaknya,” ujar dia saat dihubungi, Kamis, 23 Desember 2021.
Sebelumnya, pria bernama Abdul Rahim, asal Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan viral setelah mengaku telah 16 kali menerima vaksinasi Covid-19. Kuli bangunan berusia 49 tahun itu mengaku berperan sebagai joki vaksinasi dengan alasan ekonomi. Selain itu, di dalam video itu juga Abdul menjelaskan menerima bayaran Rp 100-800 ribu untuk setiap suntikan yang diterimanya. Total, dia menyebut ada 14 orang yang pernah digantikannya menjalani vaksinasi Covid-19.
Namun, Tjandra yang juga Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara periode 2018-2020, juga meminta agar tetap perlu dicari tahu terlebih dulu apakah pengakuan itu benar. Yang jelas, dia melanjutkan, vaksin diteliti, diproduksi, dan diberi izin untuk diberikan dua suntikan, tujuannya agar menjamin efektivitas dan keamanannya.
“Tentu saja tidak ada data ilmiah yang valid tentang dampak bagaimana kalau benar disuntikkan sampai 16 atau ada juga yang menyebutkan 17 kali itu,” tutur Tjandra. Dia menambahkan, jika itu benar terjadi, keamanan dan efektivitasnya jadi tidak dapat dipertanggungjawabkan kalau penggunaannya berlebihan.
Pernyataan Tjandra yang saat ini menjabat sebagai Direktur Pascasarjana Universitas YARSI Jakarta itu, senada dengan Dokter spesialis patologi klinis dari Universitas Sebelas Maret (UNS), Tonang Dwi Ardyanto. Menurutnya, apa yang viral tentang Abdul Rahim itu baru sebatas pengakuan, dan perlu data lebih valid untuk membahas kemungkinan-kemungkinan bagaimana itu bisa terjadi.
"Mengingat dalam proses vaksinasi, ada tahapan screening data maupun kondisi pasien,” ujar dia saat dihubungi Rabu pagi, 22 Desember 2021.
Sedangkan mengenai konsekuensi dalam tubuh penerima sejumlah besar dosis vaksin Covid-19 dalam waktu berdekatan itu, Tonang mengatakan, belum ada pembahasannya dalam laporan-laporan ilmiah.
Dari setiap uji klinis yang dilakukan, dokter yang juga epidemiolog ini menjelaskan, yang dicari hanya dosis optimal, yang mampu memicu antibodi, tapi sekaligus dengan risiko efek samping dan efek simpang yang minimal.
"Namun, secara teori, dosis yang semakin tinggi, semakin kuat memicu respons antibodi, tapi juga semakin tinggi risiko terjadi efek tidak diinginkan," katanya sambil menambahkan, “Itu secara teori ya."
Sumber: TEMPO.CO