SUKABUMIUPDATE.com - Kelanjutan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM Level 4 Jawa-Bali periode 17-23 Agustus akan diumumkan hari ini. Sejak 20 Juli, kebijakan ini sudah diperpanjang lima kali. Pemerintah akan terus memberlakukan kebijakan tersebut selama Pandemi Covid-19 masih ada. Namun, level PPKM setiap daerah yang akan berubah sesuai kondisi wilayah masing-masing.
Epidemiolog dari Universitas Indonesia, Iwan Ariawan, menyebut kemungkinan besar wilayah Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi atau Jabodetabek masih akan berada di zona level 4 pada perpanjangan pekan depan. Sebab, asesmen level PPKM ditentukan menurut daerah aglomerasi.
Data Kementerian Kesehatan per 20 Agustus 2021 menunjukkan beberapa daerah di Jabodetabek masih berada di level 4. Di antaranya: Kota Jakarta Utara, Kota Jakarta Pusat, dan Kota Bogor. Sementara wilayah lainnya, sebagian besar sudah masuk ke level 3.
"Jadi, secara aglomerasi, Jabodetabek masih di PPKM level 4, kecuali ada perubahan di dua hari terakhir ini," ujar Iwan dikutip dari Tempo pada Ahad, 22 Agustus 2021. Sementara di wilayah aglomerasi lain yang keseluruhannya sudah memasuki asesemen level 3, kemungkinan akan turun level.
Iwan merupakan salah satu epidemiolog yang kerap dimintai masukan oleh pemerintah dalam penanganan Covid-19. Ia menyebut pembahasan evaluasi PPKM akan dilakukan pemerintah pada hari ini. "Pembahasan evaluasi PPKM besok (Senin ini). Tapi konsepnya, PPKM selalu diperpanjang, levelnya yang bisa tetap, naik atau turun," ujar Iwan.
Ia mengatakan, berdasarkan informasi dari pemerintah, perbaikan data kematian juga sudah rampung. Sehingga, indikator kematian dapat dipakai kembali dalam evaluasi penilaian pekan ini. Sudah dua pekan, data kematian dikeluarkan dari indikator penilaian karena pemerintah tengah melakukan perbaikan data.
Selain wilayah Jawa-Bali, pemerintah juga akan mengumumkan evaluasi kebijakan PPKM luar Jawa-Bali periode 10 Agustus-23 Agustus.
Satuan Tugas Covid-19 mencatat, perkembangan kasus di tingkat nasional telah menunjukkan perbaikan. Juru Bicara Satuan Tugas Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan kasus positif, kematian dan tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) menurun dalam kurun tiga hingga empat minggu terakhir. Sejalan dengan itu, kesembuhan juga meningkat.
Wiku memaparkan perbaikan kasus positif terlihat pada 25 dari 34 provinsi atau 73 persen dari seluruh provinsi. Sementara itu, sembilan provinsi harus mengejar perbaikan karena kasus mingguan di pekan ini masih naik. Provinsi tersebut adalah Jawa Tengah, Bali, Papua Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Barat, Aceh, Nusa Tenggara Barat, Maluku, dan Jambi.
Dari sembilan provinsi itu, perhatian khusus tertuju pada provinsi NTB, Sulawesi Barat, dan Papua Barat yang mengalami kenaikan pada kasus positif dan kematian, diikuti menurunnya kesembuhan serta dampaknya terhadap angka BOR naik. Wiku menyebut, jika pemerintah daerah tidak melakukan perbaikan penanganan Covid-19, maka tidak akan terjadi pelonggaran PPKM pada daerah tersebut. "Atau bahkan peningkatan pengetatan PPKM apabila diperlukan," ujarnya.
Mantan Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara, Tjandra Yoga Aditama menyebut pemerintah memang harus sangat berhati-hati dalam menetapkan pelonggaran atau penurunan level PPKM di daerah.
"Kalau memang akan dilakukan pelonggaran karena level sudah menurun, maka perlu dilakukan amat bertahap dan monitoring yang amat ketat," ujarnya, Ahad, 22 Agustus 2021. Saat ini, pemerintah harus berhati-hati karena angka kematian masih sangat tinggi di kisaran lebih seribu kasus kematian per hari. "Kematian masih lebih dari dua kali dari awal PPKM Darurat di mulai," kata dia.
Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman juga mengingatkan masih ada potensi 100.000 kasus infeksi Covid-19 yang belum terdeteksi. Estimasi tersebut dihitung berbasis angka kematian, dengan asumsi indeks fatality rate 0, 5 persen dan juga memperhitungkan angka reproduksi (R) di kisaran 1,1.
"Jadi, walaupun kasus memang sudah menurun, tapi masih terlalu banyak yang belum terdeteksi. Itulah sebabnya, kalau kasus kematian juga masih akan berkisar di 1.000-an sampai pertengahan September ini," imbuh Dicky saat dihubungi terpisah.
Untuk itu, menurutnya pemerintah harus terus memperbaiki respons penanganan Covid-19 dengan meningkatkan testing, tracing, dan treatment (3T). Di samping itu juga menggenjot vaksinasi dan mengencangkan kampanye 5M (Memakai Masker, Muncuci Tangan, Menjaga Jarak, Menjauhi Kerumunan, dan Mengurangi Mobilitas).
"Kalau ini jalan, mungkin Jawa-Bali bisa menurun leveling misalnya ke PPKM level 3, tapi pemerintah harus konsisten, indikator asesemen-nya jangan diubah-ubah," tuturnya.
Sumber: Tempo