SUKABUMIUPDATE.com - Anggota Komisi IV DPR RI Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (F-PKS) drh Slamet mengatakan persoalan logistik pangan harus menjadi perhatian serius pemerintah. Sebab menurut dia, mahalnya biaya logistik pangan menjadi salah satu penyebab utama rendahnya daya saing produk pertanian nasional.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik atau BPS, biaya logistik Indonesia masih mencapai 20-24 persen dari PDB nasional. Dengan biaya logistik yang demikian besar menyebabkan bertambahnya komponen biaya yang ditanggung produsen, sehingga harga komoditas pertanian menjadi lebih mahal ketika sampai ke pasaran.
"Ini yang menyebabkan terkadang harga buah-buahan dan komoditas pertanian lainnya lebih mahal dari komoditas pertanian impor," kata Slamet di Jakarta, Rabu, 14 Juli 2021.
Legislator asal Sukabumi tersebut mengutip beberapa pemaparan ahli saat Rapat Dengar Pendapat atau RDP Panja Hortikultura. Ia menuturkan di Indonesia tingkat kehilangan produk hortikultura mencapai 40-60 persen sebagai akibat buruknya penanganan pasca panen dan sarana dan prasarana logistik pangan.
"Dari segi kebijakan, hampir dua periode pemerintahan Presiden Jokowi hanya fokus pada pengembangan infrastruktur orang dengan membangun jalan tol, sedangkan infrastruktur logistik pangan terlihat sangat minim perhatian," ujarnya.
Padahal, kata dia, infrastruktur logistik yang baik akan sangat membantu pengembangan ekonomi masyarakat melalui konektivitas antara sentra produsen komoditas pertanian dengan pasar. "Selama ini begitu banyak komoditas pertanian yang dihasilkan masyarakat tidak mendapatkan akses pasar yang baik akibat buruknya kinerja logistik pangan," imbuh Slamet.
Slamet mendorong pemerintah serius mengelola sektor pertanian. Pasalnya, peran sektor pertanian dalam pertumbuhan ekonomi nasional menempati posisi yang sangat strategis. Kontribusi sektor pertanian dalam produk domestik bruto atau PDB nasional selalu menempati posisi tiga besar bersama sektor industri dan perdagangan.
Baca Juga :
Selain itu, pertanian merupakan sektor yang mengalami surplus saat sektor lain mengalami defisit akibat perekonomian yang ambruk dampak Pandemi Covid-19. Data BPS tahun 2020 mengungkapkan sektor pertanian telah menyumbang 14,2 persen terhadap struktur PDB nasional dengan nilai Rp 2.115 triliun atau berada di urutan kedua setelah industri pengolahan (20,6 persen senilai Rp 3.086 triliun).
"Pada tahun ini juga sektor pertanian tercatat menjadi satu-satunya lapangan usaha yang tumbuh positif saat PDB nasional terkontraksi 2,07 persen," pungkasnya.