SUKABUMIUPDATE.com - Desain istana negara di ibu kota baru yang berlambang burung garuda karya seniman asal Bali I Nyoman Nuarta belakangan ini viral di media sosial. Namun ternyata rancangan tersebut dipilih langsung oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
Hal ini terungkap dalam unggahan Nyoman Nuarta di akun Instagramnya @nyoman_nuarta. "Terpilih disain ISTANA NEGARA, di IKN (IBUKOTA NEGARA )Kaltim,Karya saya, melalui sayembara yg diadakan oleh PUPR," tulisnya. "Terimakasih semua semoga saya bisa menyelesaikan nya dgn baik," tambah Nyoman dalam kolom komentar.
Nyoman juga menuturkan bahwa ia tengah mempersiapkan pra-rencana selama satu bulan. "Terimakasih semua kita sedang mempersiapkan prarencana 1 bln terimakasih doanya semoga lancar."
Desain tersebut memicu banyak reaksi dari masyarakat. Lima asosiasi profesi bahkan menyampaikan kritik akan rancangan itu, salah satunya karena bangunan simbol negara dianggap tidak boleh dibangun oleh pematung.
Dikutip dari Tempo, Nyoman Nuarta menjelaskan desain istana negara berlambang burung garuda itu diselesaikan hanya dalam tempo 12 hari. Ia terlibat dalam sayembara istana negara di ibu kota baru ini saat Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia mengundangnya bersama 20 orang arsitek lain.
Namun, hanya lima orang yang hadir untuk mengikuti rapat koordinasi persiapan sayembara di kawasan inti pusat pemerintah ibu kota negara atau IKN. Kemudian, lima orang arsitek tersebut diberikan waktu 12 hari untuk menyelesaikan 12 desain IKN seperti istana, Gedung DPR, kantor Kementerian, tempat ibadah, dan bangunan lainnya.
Selanjutnya desain-desain dipresentasikan kembali dalam bentuk video pendek. "Saat presentasi, saya melihat yang peserta lain tidak rampung, hanya pre-desain saya yang rampung dan paling siap," tuturnya, Selasa, 30 Maret 2021.
Setelah presentasi rampung, kata Nyoman, tidak ada lagi kabar mengenai desain ibu kota negara tersebut dari pemerintah. Ia mengaku sangat terkejut ketika akhirnya dinobatkan menjadi pemenang dan dalam waktu satu bulan diminta membuat pra-desain.
"Desain saya dipilih oleh Bapak Presiden (Joko Widodo) langsung, tidak ada unsur saya meminta sendiri, sehingga saya heran kenapa masih ada orang yang marah kepada saya," ucap Nyoman Nuarta.
Adapun lima asosiasi profesi yang mengkritik desain tersebut adalah Asosiasi Profesi Ikatan Arsitek Indonesia atau IAI, Green Building Council Indonesia atau GBCI, Ikatan Ahli Rancang Kota Indonesia atau IARKI, Ikatan Arsitek Lanskap Indonesia atau IALI, dan Ikatan Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota
"Atas publikasi yang disampaikan dalam Instagram Bapak Suharso Monoarfa tersebut, telah mengundang ragam reaksi dari para anggota lintas asosiasi profesi," dinukil dari keterangan resmi lima asosiasi, Senin, 29 Maret 2021.
Lima asosiasi itu menilai ada kegelisahan yang perlu disampaikan untuk dapat disalurkan secara terbuka terkait dengan rencana dan rancangan istana negara yang nantinya akan menjadi representasi dari citra Indonesia dan menjadi dasar atas perkembangan peradaban Indonesia dalam kancah dunia.
Setelah memperhatikan gambar-gambar rancangan istana negara anyar itu, asosiasi mengkritik rancangan tersebut. "Bangunan istana negara yang berbentuk burung garuda atau burung yang menyerupai garuda merupakan simbol yang di dalam bidang arsitektur tidaklah mencirikan kemajuan peradaban bangsa Indonesia di era digital dengan visi yang berkemajuan, era bangunan emisi rendah, dan pasca Covid-19," tulis mereka.
Asosiasi menilai bangunan gedung istana negara seharusnya merefleksikan kemajuan peradaban/budaya, ekonomi, dan komitmen pada tujuan pembangunan berkelanjutan negara Indonesia dalam partisipasinya di dunia global.
Di samping itu, bangunan gedung istana negara seharusnya menjadi contoh bangunan yang secara teknis sudah mencirikan prinsip pembangunan rendah karbon dan cerdas sejak perancangan, konstruksi, hingga pemeliharaan gedungnya.
Menurut lima asosiasi tersebut, metafora gedung istana negara di ibu kota baru dengan bentuk burung garuda, terutama yang dilakukan secara harfiah dan keseluruhan dalam dunia perancangan arsitektur era teknologi 4.0 adalah pendekatan yang mulai ditinggalkan. Sebab, hal itu menunjukkan ketidakmampuan menjawab tantangan dan kebutuhan arsitektur hari ini dan masa mendatang.