SUKABUMIUPDATE.com - Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) merilis hasil survei yang menunjukkan masih ada guru menolak vaksinasi Covid-19.
Jumlahnya sebesar 8,27 persen dari total 2.406 guru dari 26 provinsi yang disurvei.
"Guru yang tidak bersedia divaksin cenderung memiliki alasan khawatir dengan efek samping vaksinasi dan ragu dengan kualitas vaksin," kata Wakil Sekretaris Jenderal FSGI, Fahriza Marta Tanjung, dalam paparan survei 'Persepsi Guru Atas Program Vaksinasi' secara daring di Jakarta, Rabu 17 Maret 2021, dikutip dari Tempo.co.
Jika ditelusuri lebih jauh, mereka yang tidak bersedia divaksin itu guru yang berasal dari luar Jawa, pada jenjang SMA/SMK/MA, dan rentang usia di bawah 50 tahun.
"Semakin tinggi jenjang sekolah (di mana guru itu mengajar) semakin besar penolakan," ucap Fahriza.
Berdasarkan jenjang sekolah itu, sebanyak 32,64 persen guru sekolah setingkat SMA yang disurvei tidak bersedia melaksanakan vaksinasi. Sementara bagi guru yang berasal dari jenjang PAUD/TK sebanyak 5,96 persen, jenjang SD/MI sebanyak 5,60 persen, dan pada jenjang SMP/MTs sebanyak 8,48 persen.
Mereka yang menolak vaksinasi Covid-19 tersebut dinilai menjadi ganjalan untuk bisa mencapai herd immunity di lingkungan sekolah sebelum memulai kembali pembelajaran tatap muka Juli mendatang. Itu sebabnya, FSGI, kata Fahriza, meminta pemerintah meningkatkan sosialisasi vaksinasi kepada guru, terutama di luar Jawa.
"Jika masih banyak guru yang menolak untuk divaksinasi tentu pelaksanaan pembelajaran tatap muka Juli masih diragukan," ujarnya.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) lewat komisionernya di bidang pendidikan, Retno Listyarti, mendorong dinas pendidikan di daerah untuk bekerja sama dengan dinas kesehatan untuk sosialisasi program vaksinasi Covid-19 kepada guru, termasuk ke murid.
"Ada keraguan sebagian guru, ragu pada kualitas vaksin dan takut efek sampingnya, berarti harus ada yang menjelaskan ini dari dinas kesehatan," ucapnya.
Sumber: Tempo.co