SUKABUMIUPDATE.com - Peredaran berita bohong atau hoaks masih saja terjadi di tengah pandemi Covid-19 terutama soal virus corona. Masyarakat pun harus cermat dan selektif dalam menerima informasi.
Dari rilis Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia ada 6 hoaks mengenai virus tersebut. Data itu merupakan rekap 3 Februari sampai 4 Februari.
Apa saja berita hoaks yang membuat bingung masyarakat itu, simak datanya.
1. [HOAKS] Covid-19 Muncul karena Adanya Tes Rapid dan PCR
Penjelasan: Beredar informasi di media sosial yang mengklaim Virus Corona Covid-19 muncul karena adanya rapid test dan tes PCR (polymerase chain reaction). Klaim tersebut muncul setelah seorang pengguna Facebook memuat sebuah unggahan dengan narasi “Gara2 ada alat setan Rapid dan PCR yg disumbang Bill gate. Dunia kacau balau meyakini ada virus hanya karena adanya alat setan ini!!!!!"
Dikutip dari Cekfakta.tempo.co, klaim bahwa virus Corona Covid-19 muncul karena adanya tes rapid dan tes PCR adalah keliru. Tes PCR dan rapid test adalah dua jenis tes yang bisa digunakan untuk mengetahui apakah seseorang terinfeksi Covid-19.
Pakar kesehatan Akmal Taher mengatakan testing bersama tracing dan treatment (3T) merupakan strategi yang perlu diambil untuk menghentikan laju kasus Covid-19. Dengan tes, mereka yang positif Covid-19 bisa segera ditemukan lalu diisolasi agat tidk menularkannya pada orang lain. Teknologi tes PCR pun sudah ditemukan sejak 1983, jauh sebelum munculnya Covid-19.
2. [HOAKS] Perpanjangan PSBB Jawa dan Bali Sampai 28 Maret 2021
Penjelasan: Telah beredar sebuah infografis di media sosial yang menyebut bahwa Pemerintah mengeluarkan kebijakan perpanjangan PSBB di pulau Jawa dan Bali sampai tanggal 28 Maret 2021.
Faktanya, informasi tersebut adalah salah. Sampai saat ini Pemerintah belum mengeluarkan pengumuman perpanjangan PSBB di wilayah Jawa dan Bali sampai 28 Maret 2021 seperti informasi yang beredar. Adapun PSBB pulau Jawa dan Bali telah diberlakukan pada 11 Januari sampai 25 Januari 2021 lalu dan hingga kini belum ada informasi perpanjangan secara resmi.
3. [HOAKS] Covid-19 Bukan Virus dan Tidak Menular
Penjelasan: Beredar di berbagai media sosial klaim yang mengatakan bahwa Covid-19 bukanlah sebuah virus berbahaya dan tidak menular. Bahkan disebutkan juga agar masyarakat tidak perlu menggunakan masker, tidak perlu PSBB dan tidak perlu vaksin.
Faktanya, klaim yang menyebut Covid-19 bukan virus dan tidak menular adalah hoaks. Dilansir dari situs who.int, Covid-19 disebabkan oleh virus, bukan bakteri. Virus penyebab Covid-19 berada dalam keluarga virus yang disebut Coronaviridae. Masih dalam situs WHO, beberapa orang yang sudah terinfeksi Covid-19 bisa menularkan virus ini ke orang lain. Terkait dengan penggunaan masker, dalam konferensi persnya, WHO telah menyarankan semua orang agar memakai masker untuk mencegah penyebaran Covid-19 dan varian barunya. Selanjutnya WHO juga terus merekomendasikan untuk menjaga jarak setidaknya 1 meter dari orang lain walaupun mereka baik-baik saja tanpa diketahui terpapar Covid-19 atau tidak.
4. [DISINFORMASI] Pasien Jalan Ngangkang seperti Penguin karena Anal Swab
Penjelasan: Beredar unggahan video di media sosial Facebook yang menggambarkan sejumlah pasien berjalan ngangkang seperti penguin dan diklaim sebagai akibat dari anal swab yang tengah jadi perbincangan di China.
Dikutip dari laman health.detik.com, Otoritas Shijiazhuang memastikan informasi dalam video tersebut tidak benar. Metode pengambilan sampel Virus Corona dilakukan secara nasal dan oral. Pengambilan sampel melalui anal swab hanya dilakukan pada pasien di rumah sakit yang mengalami diare. Prosedur pengambilan anal swab juga tidak semenyeramkan itu dan tidak ada keluhan yang berarti sejauh ini. Video viral yang diedit dengan sound effect tertawa itu telah diputar jutaan kali di berbagai platform media sosial di China. Beberapa informasi yang sama-sama tidak terkonfirmasi menyebut, video tersebut sebenarnya adalah pasien sirkumsisi atau sunat.
5. [DISINFORMASI] Rapid Test Dihapus di Seluruh Bandara dan Stasiun Kereta Mulai 1 Februari 2021
Penjelasan: Beredar sebuah pesan berantai yang berisi informasi bahwa mulai 1 Februari 2021 rapid test dihapuskan di seluruh bandara dan stasiun kereta api karena harganya mahal.
Faktanya, informasi tersebut adalah keliru, sejauh ini belum ada pengumuman resmi dari pemerintah terkait dicabutnya persyaratan wajib rapid test di bandara dan stasiun kereta. Merujuk pada situs resmi PT KAI penumpang.kai.id, disebutkan bahwa salah satu persyaratan wajib bagi penumpang kereta api jarak jauh dan menengah di masa pandemi adalah menunjukkan surat keterangan hasil pemeriksaan genose test atau rapid test antigen atau RT-PCR yang menyatakan negatif Covid-19, hal tersebut berdasarkan pada surat edaran Kemenhub Nomor 11 Tahun 2021.
Sementara itu, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Bandara Soekarno-Hatta juga akan menerapkan sistem baru dengan mewajibkan fasilitas kesehatan yang menerbitkan surat hasil PCR test atau rapid test antigen bagi calon penumpang untuk mengunggah dokumen itu ke dalam Electronic Health Alert Card (e-HAC) guna menghindari surat hasil swab test palsu. Aturan perjalanan baru ini wacananya akan berlaku mulai bulan Februari 2021.
6. [MISINFORMASI] Alat Test GeNose C-19 di Jual Online
Penjelasan: Beredar tangkapan layar di salah satu lapak online e-commerce yang menjual alat tes Corona GeNose C-19. Dalam tangkapan layar tersebut di infokan harga alat tes tersebut bernilai Rp 98 juta. Dalam deskripsi, dijelaskan bahwa harga yang tercantum sudah termasuk garansi resmi dan 100 kit kantong napas. Alat tes Corona GeNose C-19 bekerja dengan mendeteksi volatile organic compound (VOC) dalam hembusan napas.
Dalam keterangan tertulisnya, Direktur Direktorat Pengembangan Usaha dan Inkubasi UGM Dr Hargo Utomo menyebut distribusi GeNose dikelola oleh PT Swayasa Prakarsa. Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk produk ini adalah Rp 62 juta per unit dan belum termasuk pajak. Menurut Hargo, saat ini GeNose belum ditawarkan melalui situs belanja online atau e-commerce. Karenanya, ia meminta untuk berhati-hati dan mewaspadai tawaran produk GeNose yang dijual melalui distributor resmi. Selain itu, ditegaskan bahwa GeNose C-19 saat ini diprioritaskan untuk penanganan Covid-19 di layanan kesehatan, rumah sakit, layanan publik, pemerintahan, sekolah, pesantren, kampus, dan perusahaan.