SUKABUMIUPDATE.com - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut Indonesia tengah mengalami skenario terburuk dari potensi cuaca ekstrem. Pasalnya, sejumlah fenomena iklim saat ini terjadi secara bersamaan sehingga menyebabkan curah hujan ekstrem yang belakangan menimbulkan bencana hidrometeorologi.
“Nampaknya yang terjadi adalah skenario keempat yang terburuk, yaitu berbagai fenomena itu terjadi bersamaan,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam diskusi daring, Sabtu, 23 Januari 2021.
Dwikorita mengatakan lembaganya telah merilis peringatan dini mengenai potensi cuaca ekstrem sejak September 2020. Saat itu, timnya melihat ada sejumlah potensi terjadinya fenomena iklim yang bakal mempengaruhi cuaca di tanah air.
Sejumlah fenomena iklim tersebut di antaranya La Nina. La Nina adalah anomali penurunan suhu muka air Samudera Pasifik dengan siklus 2 sampai 8 tahun sekali. Kedua adalah angin Monsun Asia; fenomena ketiga adalah Madden-Jullian Oscillation. Fenomena ini yaitu gelombang atmosfer yang membawa kumpulan awan hujan yang bergerak dari Samudera Hindia menuju wilayah Pasifik. Saat melewati wilayah Indonesia, awan itu tertahan oleh kontur pegunungan di Indonesia sehingga menyebabkan hujan.
Keempat fenomena Kelvin and Rossby yang meningkatkan pasokan air hujan di Indonesia. Fenomena kelima, kata Dwikorita, adalah menghangatnya suhu permukaan air laut Indonesia yang menyebabkan peningkatan penguapan di wilayah Indonesia. Dwikorita mengatakan fenomena terakhir adalah bibit siklon. Semua fenoma itu, dapat menyebabkan meningkatnya curah hujan di Indonesia.
Dwikorita mengatakan BMKG membuat empat skenario terkati prediksi terjadinya berbagai fenomena tersebut. Skalanya mulai dari yang terbaik, yaitu ketika hanya terjadi satu fenomena, hingga yang terburuk ketika semua fenomena itu terjadi bersamaan. Dan yang terjadi saat ini, kata Dwikorita, adalah skenario terburuk. “Fenomena itu terjadi bersamaan,” kata dia.
Sunber: TEMPO.CO