SUKABUMIUPDATE.com - Pengamat penerbangan Ziva Narendra Arifin mengatakan usia pesawat tidak menjadi faktor penentu utama keamanan sebuah pesawat. Pandangan ini disampaikannya menanggapi kecelakaan pada pesawat Sriwijaya Air SJ182 yang sudah berumur 26 tahun.
Tak tak hanya di Indonesia. Menurut Ziva, pesawat beragam tipe yang berusia lebih dari 20 tahun, bahkan 30 tahun, juga masih terbang di berbagai negara. Mulai dari Amerika Serikat, Kanada, Australia, hingga Eropa. "Untuk membawa penumpang kargo," kata Ziva saat dihubungi di Jakarta, Ahad, 10 Januari 2021.
Sebelumnya, pesawat Boeing 737-500 milik Sriwijaya Air jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta pada Sabtu siang, 9 Januari 2021. Maskapai swasta ini lepas landas dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Banten, menuju Pontianak, Kalimantan Barat.
Kepala Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono juga telah mengatakan umur pesawat Sriwijaya Air semestinya bukan menjadi masalah asal dirawat sesuai standar otoritas penerbangan. Menurut Soerjanto, pesawat ini dibuat tahun 1994.
"Berapa pun umurnya, kalau dirawat sesuai regulasi yang berlaku seharusnya tidak ada masalah," ujar Seorjanto di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Sabtu, 9 Januari 2021.
Ziva sepakat dengan pernyataan Soerjanto. Menurut dia, pesawat bisa tetap beroperasi dalam kondisi laik (airworthy). Ini bisa selama operator atau maskapai penerbangan menjalankan program perawatan pesawat sesuai dengan standard dan panduan pabrik, serta diawasi oleh regulator.
Di lapangan, kata Ziva, prosesnya cukup ketat. Ada program perawatan rutin harian, mingguan, bulanan, dan tahunan (scheduled maintenance). Ada juga program insidentil (unscheduled maintenance).
sumber: tempo.co