SUKABUMIUPDATE.com - Menteri Riset dan Teknologi sekaligus Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro curhat soal penolakan yang pernah dialaminya saat menawarkan produk inovasi ventilator buatan dalam negeri. Jawaban yang diterima dari Kementerian Kesehatan maupun Satuan Tugas Penanganan Covid-19 adalah jumlah ventilator di rumah sakit sudah cukup.
"Tapi sekarang, ketika tambahan kasus Covid-19 menjadi lebih tinggi daripada saat kami meluncurkan ventilator, ternyata terbukti jumlah ventilator kurang," kata Menristek Bambang dalam Lokakarya Bakti Inovasi untuk Bali Kembali di Badung, Bali, Selasa 22 Desember 2020 kemarin.
Jawaban lain yang diterimanya dalam penolakan itu adalah bahwa dokter di Indonesia masih belum berani menggunakan ventilator buatan dalam negeri. Produk impor masih dicari meski alat yang ditawarkannya sudah melalui pengujian dan terstandarisasi oleh kementerian kesehatan sendiri.
"Ya mungkin jumlah kasusnya akan turun dan berpikir ngapain mengadakan ventilator lagi....itu yang salah," katanya di hadapan di antaranya Gubernur Bali I Wayan Koster.
Bambang, yang juga mantan Kepala Bappenas/Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, menyayangkan keengganan yang masih besar di dalam negeri untuk memanfaatkan produk inovasi nasional. Dia menyebutkan tidak ada rasa percaya dan kesediaan untuk menggunakan produk inovasi sendiri.
Padahal, dia meyakinkan, produk ventilator yang dihasilkan oleh sejumlah perguruan tinggi dan lembaga itu tidak kalah dengan produk impor. Para penelitinya juga telah bekerja keras karena sebelum pandemi menurut Bambang tidak ada produksi ventilator di dalam negeri.
"Tapi yang terjadi banyak alat-alat impor. Mereka lebih memilih mencari produk dari luar negeri sementara kebutuhan ventilator dunia juga masih tinggi karena pandemi. Ngapain kita rebutan di luar kalau di Indonesia sudah bisa buat sendiri," katanya yang dalam acara yang juga membagikan sebagian produk inovasi nasional untuk digunakan di Provinsi Bali (Bakti Inovasi).
Kemampuan produk inovasi nasional itu kembali mendapat penekanan dari Menristek Bambang Brodjonegoro saat berada di kampus Universitas Udayana, Rabu 23 Desember 2020. Sejumlah produk bahkan dinilainya lebih inovatif dan tidak ditemukannya di luar negeri.
Dia menunjuk contoh GeNose, alat deteksi Covid-19 lewat buangan napas dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta."Jadi intinya memang kalau mau produk inovasi indonesia lebih bermanfaat, ya orang Indonesia sendiri harus percaya dan memakai," kata menristek.
"Tanpa itu ya ini hanya akan menjadi berita saja atau foto option, tidak menjadi sesuatu yang riil membantu masyarakat," pungkasnya.
SUMBER: SUARA.COM