SUKABUMIUPDATE.com - Gempa tektonik berkekuatan 4,2 kedalaman 5 kilometer yang mengguncang Brebes, Kuningan, dan Cirebon tadi pagi, Jumat 11 Desember 2020 pukul 05.51.55 WIB ternyata memicu kerusakan bangunan di beberapa daerah di Kuningan, Jawa Barat. Badan Meteorologi mencatat laporan sejumlah kerusakan bangunan terjadi akibat guncangan sesar brebes ini.
Laporan dari masyarakat ke BMKG menunjukkan guncangan paling kuat dirasakan di Kecamatan Cibingbin, Kabupaten Kuningan yang mencapai IV MMI. “Sehingga wajar jika kerusakan bangunan rumah paling banyak terjadi di wilayah Cibingin,” ungkap ahli mitigasi gempa dan tsunami BMKG, Dr Daryono dalam rilisnya kepada sukabumiupdate.com, Jumat.
BMKG juga mendapatkan laporan dampak gempa dari BPBD Kuningan menunjukkan bahwa tidak ada korban jiwa akibat gempa. Namun kerugian material terjadi di Desa Cipondok, Kecamatan Cibingbin; sebanyak 4 (empat) unit rumah rusak sedang, 19 (sembilan belas) unit rumah mengalami rusak ringan, dan 2 (dua) unit fasilitas umum (puskesmas terpadu dan gedung posyandu) mengalami rusak ringan.
Menurut Daryono, kerusakan mirip seperti ini terjadi pada saat gempa Kuningan-Brebes pada 13 Juli 2013 silam. Saat itu wilayah Brebes dan Kuningan juga diguncang gempa berkekuatan 4,7 magnitudo dan guncangan dirasakan di Brebes dalam skala intensitas III MMI, Sedangkan di Kecamatan Cibingbing dan Kecamatan Bantarkawung, Kuningan, intensitasnya mencapai IV MMI.
“Dampak gempa saat itu tercatat, 2 rumah rusak berat di Dukuh Sindangsari dan Kastori, sedangkan 7 rumah rusak ringan di Dukuh Pasir Salem. Pusat gempa saat itu diperkirakan berada diperbatasan antara Kabupaten Kuningan, Jawa Barat dan Kabupaten Brebes, Jawa Tengah,” bebernya.
BMKG juga menganalisia seluruh foto bangunan yang rusak akibat gempa Kuningan-Brebes Jumat pagi. Hasilnya ada dugaan struktur bangunan yang rusak kualitasnya rendah dan tidak mencerminkan bangunan tahan gempa.
“Aktivitas sesar aktif memang patut diwaspadai, karena dalam peristiwa gempa bumi meskipun kekuatannya kecil di bawah 5,0 jika kedalamannya sangat dangkal dapat menimbulkan kerusakan, apalagi didukung kualitas bangunan dengan mutu rendah tidak mengacu aturan bangunan tahan gempa,” ungkap Daryono.
BMKG menegaskan wilayah Brebes, Kuningan, dan Cirebon merupakan kawasan tektonik aktif dan komplek, karena di wilayah ini terdapat beberapa struktur sesar aktif, sepertri Sesar Brebes, Sesar Cirebon, Sesar Ciremai, dan Sesar “OO-Brebes Fault” yang semuanya patut diwaspadai.
Catatan BMKG menunjukkan beberapa aktivitas gempa kecil dengan kekuatan di bawah 5,0 berkedalaman dangkal ternyata dapat menimbulkan kerusakan, seperti dalam kasus kejadian:
1. Gempa Madiun kekuatan 4,2 pada 25 Juni 2015
2. Gempa Pangalengan kekuatan 4,2 pada 6 November 2016
3. Gempa Garut kekuatan 3,7 pada 18 Juli 2017
4. Gempa Banjarnegara kekuatan 4,4 18 April 2018
5. Gempa Lebak kekuatan 4,4 pada 7 Juli 2018
6. Gempa Kuningan kekuatan 4,2 pada 11 Desember 2020
“Pelajaran terpenting yang dapat kita ambil, bahwa bangunan tahan gempa adalah kunci keselamatan yang paling utama dalam menghadapi gempa bumi sehingga cepat atau lambat kita harus merealisasikannya jika ingin selamat dari gempa,” pungkas Daryono.