SUKABUMIUPDATE.com - Kru FPI diserang tangan tak terlihat yang membuat satu persatu akun sosial media FPI hilang dari peredaran media maya.
Melansir Suara.com, dimulai dari Twitter 20 November 2020 hingga kanal Youtube Front TV yang hilang 3 Desember 2020. Front TV ini merupakan kanal resmi FPI untuk menyiarkan dakwah Habib Rizieq Shihab, serta kegiatan FPI lainnya. Bahkan kepulangan Habib Rizieq disiarkan langsung Front TV.
Lewat saluran Front TV dan sosmed Twitter yang hilang itu pula, mereka menggunakannya untuk publikasi rencana kedatangan Habib Rizieq, kemudian dialog 100 tokoh nasional, dan reuni 212.
“Kami Crew Front TV memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada semua pihak dan para pemirsa sahabat muslim atas hilangnya Channel Front TV. Mohon doa dan dukungan agar kami semua tetap bisa memperjuangkan dan menyuarakan kebenaran di bidang Media,” cuit akun @17agustus98 pada Sabtu 5 Desember 2020 lalu.
Di cuitan sebelumnya, akun tersebut juga menampilkan isi pesan Whatsapp dari manajemen Front TV yang menyebut Channel Front TV hilang sejak Kamis 3 Desember 2020. Channel tersebut mendapat report massal secara masif dan terstruktur.
Bahkan, channel cadangan yang baru dihidupkan pun mendapat serangan yang sama.
Sementara, pada cuitan terbarunya, akun tersebut menyebut, jika informasi dalam chanel Front TV dianggap hoax dan melanggar UU ITE, maka sebaiknya dibawa ke ranah hukum. Bukan malah dibungkam.
“Argumentasi, lawan dengan Argumentasi. Bukan Kriminalisasi. Kalau informasi dari akun medsos kami, atau channel YouTube kami dianggap hoax dan melanggar UU ITE, proses secara hukum. Bukan dibungkam,” tulis mereka lagi.
“Ayo dukung Channel YouTube baru @fronttvnews,” cuit akun tersebut.
Sementara itu Politisi senior Partai Gerindra Fadli Zon belum lama ini mengunggah hasil foto tangkapan layar cuitannya di Twitter. Menurut dia, hilang-nya sosmed FPI baik Twitter dan kanal Youtube adalah ulah tangan-tangan gelap.
Seperti biasa ada ‘tangan tak terlihat’ invisible hand yang selalu melakukan hal-hal seperti ini. Melakukan berbagai sensor, sabotase akun, dan seterusnya. Platform media sosialnya harus ikut tanggung jawab,” kata dia menganalisa.
Sumber: Suara.com