SUKABUMIUPDATE.com - Tenaga Kesehatan (Nakes) yang bertugas di laboratorium sampel Covid-19 merasakan kelelahan setelah selama sembilan bulan bekerja. Selama itu mereka jarang sekali mendapatkan kesempatan berlibur apalagi ketika terjadi penambahan kasus harian.
“Kalau saat ini kami semua yang kerja sejak Maret itu sudah mulai lelah,” kata Savira Ekawardhani, peneliti di laboratorium Bio Safety Level-2, Universitas Padjadjaran, Jumat, 4 Desember 2020.
Seperti yang dilansir dari Tempo.co, laboratorium di Jalan Dr. Eyckman, Bandung, itu ikut memeriksa Covid-19 dari sampel pasien rumah sakit yang diisolasi dan tenaga kesehatan sejak 15 Maret 2020.
umlah sampel yang diperiksa setiap hari berkisar 100-500, dengan rata-rata sekitar 200-300 sampel per hari. Total yang bekerja di laboratorium itu 30 orang secara penuh dan paruh waktu, mulai dari petugas kebersihan hingga tim pemeriksa sampel.
Pada masa awal pandemi, petugas di laboratorium itu bekerja di kantor setiap hari hingga nyaris tidak libur. Seiring waktu mereka bisa beristirahat di akhir pekan ketika di pertengahan tahun.
Kini mereka harus kembali bekerja seperti di masa awal karena terjadi lonjakan kasus. “Kami lebih kesal melihat orang-orang yang tidak taat protokol kesehatan, itu menambah pekerjaan yang tidak perlu,” kata dosen dari Divisi Parasitologi Fakultas Kedokteran Unpad itu.
Dari data Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 (Pikobar) Jawa Barat, Senin, 7 Desember 2020, hingga pemutakhiran pukul 07.00 WIB, jumlah kasus harian belakangan ini mengalami lonjakan.
Pada 3 Desember lalu 1.648 orang terkonfirmasi positif dari rata-rata puncak kasus sebelumnya yang berkisar 700-800-an orang. Sementara pada Ahad, 6 Desember, terkonfirmasi lagi 1388 kasus positif, atau naik dari sehari sebelumnya, yaitu 1.086 kasus di Jawa Barat.
Sejauh ini, menurut Savira, tim di laboratorium masih bekerja dengan solid, saling menjaga diri, dan masih terhindar dari infeksi Covid-19 berdasarkan hasil swab test internal.
Namun begitu, dia mengkhawatirkan terjadinya burnout atau kelelahan mental pada timnya yang selama ini bekerja dengan risiko tinggi. “Prediksinya akhir tahun ini sudah cukup rendah angkanya, ternyata sekarang malah naik lagi,” kata dia.
Kepala Ruangan Lantai II Gedung Kemuning di Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Kalih Sarjono, pun mengaku cemas dengan lonjakan kasus Covid-19 di Jawa Barat.
Selain banyak rumah sakit yang penuh pasien, di ruangannya pun kini telah menambah ranjang. “Dari 28 tambah sekamar jadi 32, dan hampir tiap hari penuh 100 persen,” ujarnya, Sabtu 5 Desember 2020.
Sebelumnya, ruangan lantai II untuk merawat pasien Covid-19 kategori ringan sampai sedang itu paling banyak terisi 25 orang. Jumlah perawatnya termasuk Kalih ada 31 orang.
RSHS Bandung mengalokasikan gedung lima lantai itu sebagai tempat khusus untuk merawat pasien Covid-19, termasuk yang kondisinya berat. Sejak pekan lalu, menurut Kalih, timnya bertambah empat perawat baru kiriman dari Kementerian Kesehatan sebagai tenaga sukarela.
Selama bekerja dalam kurun 2-3,5 jam itu petugas pemeriksa sampel di laboratorium serta perawat yang melayani pasien Covid-19 harus berlindung di balik pakaian hazmat. Di dalam baju itu mereka mandi keringat sendiri, tanpa bisa minum, makan, atau pergi ke toilet selama belum lepas hazmat.
Savira maupun Kalih meminta warga untuk mematuhi protokol kesehatan dan tidak berkerumun agar kasus Covid-19 tidak terus bertambah. Penambahan kasus membuat antrean di laboratorium kesehatan juga pasien di rumah sakit. “Bayangkan petugas harus menyiapkan hasil uji lab untuk orang-orang yang kritis, mau operasi, amputasi jadi lama keluarnya karena sampel orang tanpa gejala yang banyak,” kata Savira.