SUKABUMIUPDATE.com - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan membuat perandaian sebuah restoran yang pernah sukses dan kemudian ditinggalkan pelanggan. Di mana, dalam restoran tersebut, dulunya para chef dan tim bekerja untuk selalu menyajikan menu terbaik.
"Suatu saat, perusahaan membuat kebijakan untuk mengambil alat masak chef dan tim. Tidak ada lagi pisau, tidak ada alat-alat bantu utama yang biasa digunakan para chef dan timnya," ujar Novel melalui keterangan tertulis, seperti dikutip dari Tempo.co, Jumat, 30 Oktober 2020.
Novel bercerita, pemilik modal bahkan sengaja menempatkan beberapa orang sebagai mata-mata. Tujuannya, menggagalkan kerja para chef dan tim dalam menyajikan makanan terbaik. Di lain sisi, para pelanggan tetap menuntut penyajian menu terbaik.
Para chef dan tim saat itu berpikir bahwa tak bisa menyajikan makanan tanpa peralatan yang baik. "Beberapa pelanggan dan mantan manajemen perusahaan membuat isu yang menuduh para chef sengaja melakukan boikot dengan tidak mau membuat dan menyajikan makanan terbaik," ucap Novel.
Menurut Novel, sulit bagi para chef, jika memilih meninggalkan perusahaan. Sebab tim dan para chef yang lain akan ikut meninggalkan perusahaan. Meski sejumlah orang lainnya sudah mengambil keputusan meninggalkan perusahaan atas berbagai pertimbangan.
"Mereka bukan ingin dipuji ketika bekerja. Mereka bekerja dengan senang hati, karena hobi dan punya komitmen untuk selalu menyajikan makanan yg terbaik semampunya. Bahkan banyak di antara mereka justru bangga ketika dapat menyajikan masakan yg sangat lezat tanpa perlu dikenal," kata Novel.
Namun, karena situasi di restoran sudah berubah, para pelanggan pun sudah mulai untuk tidak berharap mendapat makanan yang lezat.
"Barangkali sekarang memang sudah tidak musim lagi makanan-makanan dengan rasa dan sajian terbaik, pemilik modal dan pelanggan hanya perlu buah-buahan dan sayur-sayuran," ucap penyidik KPK ini.
Sumber: Tempo.co