SUKABUMIUPDATE.com - Dalam waktu dekat DPR akan memanggil Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dan jajaran direksi. Pemanggilan para bos perusahaan pelat merah ini untuk membahas kerugian Pertamina hingga tembus Rp 11 triliun selama semester pertama tahun 2020.
"Dalam Rapat Dengan Pendapat (RDP) minggu depan kami minta penjelasan bagaimana mereka mengantisipasi kinerjanya, termasuk apa saja yang menjadi daya dukung dan daya dorong agar kinerjanya pulih,” ujar Wakil Komisi VII DPR Eddy Soeparno, Rabu, 26 Agustus 2020.
Dilansir dari Tempo.co, Eddy yang merupakan Sekretaris Jenderal PAN ini menduga kerugian Pertamina tidak lain dari dampak sentimen negatif dari pandemi Covid-19 yang merontokkan seluruh persendian ekonomi Tanah Air. Oleh karena itu ia yakin Pertamina akan rebound dan mendapatkan keuntungan besar jika pemerintah mampu mengatasi pandemi Covid-19 secara baik.
Saat ini, menurut Eddy, sebagian masyarakat sudah berani beraktivitas meski tak berarti semuanya berani beraktivitas secara normal. Banyak orang, masih takut melakukan aktivitas normal kembali meski harus menerapkan protokol kesehatan.
Hal inil yang dinilai Eddy menjadi faktor yang memengaruhi laju pertumbuhan ekonomi. "Ada normalisasi tapi tidak pada tahap normal pra-Covid. Jadi memang kalau ada rebound, kembali lagi, kami belum sempat bertanya lagi dengan Pertamina,” katanya.
Sebelumnya, anggota komisi energi DPR dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mulyanto sebelumnya mengusulkan agar Ahok dicopot dari jabatannya sebagai Komisaris Utama Pertamina. "Jika memang tidak mampu, pecat saja," kata Mulyanto dalam akun media sosial pribadinya kemarin.
Mulyanto pun menyinggung ucapan Ahok beberapa waktu lalu. “Waktu itu Ahok bilang, merem saja Pertamina sudah untung. Asal diawasi. Nah kalau sekarang Pertamina rugi, artinya apa? Apa Ahok tidak mengawasi. Kok nyatanya Pertamina bisa rugi,” katanya.
Dalam laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain konsolidasian Pertamina (tidak diaudit) per 30 Juni 2020, terlihat perusahaan merugi US$ 767,92 juta atau sekitar Rp 11,13 triliun. Perhitungan tersebut menggunakan asumsi kurs Rp 14.500 per dolar AS.
Meski tercatat kerugian, Pertamina mencatat laba operasi Juni 2020 sebesar US$ 443 juta dan EBITDA sebesar US$ 2,61 miliar. Hal tersebut, menurut VP Komunikasi Perusahaan Pertamina Fajriyah Usman , menunjukkan kegiatan operasional perusahaan tetap berjalan baik.
Sumber: Tempo.co