SUKABUMIUDPATE.com - Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengatakan kebijakan pembukaan mal dilakukan untuk menggerakkan kembali sendi-sendi perekonomian. Musababnya, selama pembatasan sosial berskala besar (PSBB), keberlangsungan bisnis sektor perdagangan sangat terpuruk sehingga berdampak terhadap penurunan level konsumsi masyarakat.
"Kalau tidak dimulai, semua tidak bergerak. Saat ini sudah terjadi beberapa PHK. Harapannya jangan sampai pandemi ini menjadi pandemi PHK," ujar Agus dalam webinar bersama IDX Channel, Kamis petang, 25 Juni 2020.
Agus mengatakan sektor perdagangan berkontribusi sebesar 13,2 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Dengan pembukaan kembali pusat-pusat perdagangan, ia mengatakan sektor-sektor terdampak secara perlahan akan bangkit dan memperoleh pendapatan atau revenue dari kunjungan masyarakat.
Di samping itu, pembukaan mal dinilai akan mengurangi tingkat stres masyarakat yang sudah lebih dari tiga bulan memusatkan aktivitasnya di rumah. "Secara psikologis, masyarakat sudah bisa memanfaatkan waktu pergi ke mal sehingga stres berkurang," ucapnya.
Meski demikian, ia memastikan pembukaan mal dilakukan secara bertahap. Pada tahap awal, pemerintah membatasi tenan-tenan yang beroperasi. Kapasitas pengunjung pun di dalam mal diatur.
Selanjutnya, kata Agus, pemerintah terus mewanti-wanti agar masyarakat dan pengelola pusat perbelanjaan selalu memperhatikan protokol kesehatan. Hal ini sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo alias Jokowi lantaran saat ini wabah corona masih terus menyebar.
Pemerintah telah membuka pusat perbelanjaan sejak 15 Juni 2020. Protokol pembukaan pusat perbelanjaan, baik mal maupun pasar tradisional, diatur dalam Surat Kementerian Perdagangan Nomor 12 Tahun 2020 tentang Pemulihan Aktivitas Perdagangan yang Dilakukan Pada Masa Pandemi Covid-19 dan new normal.
Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Stefanus Ridwan mengatakan, saat ini, rata-rata jumlah pengunjung mal hanya 30-40 persen dari total kapasitas. Namun, ia meyakini tingkat kunjungan akan naik seiring dengan penerapan protokol kesehatan yang makin tertib.
"Yang penting sudah mulai bergerak, karyawan mulai masuk dan mendapat gaji lagi, suplier juga sudah memasukkan barang ke toko-toko," ucapnya.
Dalam diskusi yang sama, Ekonom Indef, Andri Satrio Nugroho, mengatakan kebijakan pemerintah membuka mal sejatinya tidak ideal lantaran didasarkan pada alasan ekonomi. Padahal di saat yang sama, pertambahan kurva pasien Covid-19 masih terus menanjak.
Dengan begitu, dia meminta pemerintah meningkatkan pengawasan di sektor keamanan dan kesehatan. "Ketika berjalan berdampingan, ini akan bisa meningkatkan kembali perekonomian sehingga okupansi pusat perbelanjaan bisa ditingkatkan," katanya.
sumber: tempo.co