SUKABUMIUPDATE.com - Selama masa pandemi virus corona, semua hal yang biasa dilakukan menjadi tersendat karena peraturan Pembatasan Sosial Berskala besar (PSSB). Berbagai kegiatan dibatasi untuk memutus rantai penyebaran virus corona. Dilansir dari tempo.co, salah satu kegiatan yang dibatasi adalah rawat jalan di rumah sakit termasuk pemeriksaan untuk anak dan ibu hamil.
Dokter anak Tubagus Rachmat Sentika menyayangkan berkurangnya pemberian pelayanan itu. Ia mengatakan selama wabah corona pada Maret - Mei Indonesia, semakin banyak tenaga medis yang menjadi korban. Akibatnya banyak pula petugas medis yang gamang memberikan pelayanan. Sehingga keluarlah peraturan bahwa harus mengurangi pelayanan yang bersifat rawat jalan.
Imbauan terkait pengurangan layanan rawat jalan tersebut berlaku untuk seluruh rumah sakit dan telah disampaikan oleh Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kemenkes, Bambang Wibowo melalui surat nomor YR.03.03/III/III8/2020 yang ditujukan langsung kepada seluruh kadinkes provinsi, kabupaten/kota dan direktur utama/direktur/kepala rumah sakit seluruh Indonesia. Tubagus khawatir kebijakan ini juga menghambat berbagai target kesehatan utama Indonesia, seperti penurunan angka kematian ibu dan neo natal, TBC, imunisasi, dan penanganan stunting.
“Imunisasi itu tidak boleh disetop, nanti penyakitnya tambah lagi bukan Covid-19 saja. Sekarang bagaimana caranya tetap PSBB, tapi imunisasi atau konsultasi tidak dihentikan? Kita punya home care atau kunjungan rumah via video call, lakukan saja itu,” katanya saat webinar diskusi media Tengah Pandemi Covid 19, Waspadai Stunting, Selasa 19 Mei 2020.
Menurut Rachmat, home care menjadi penting untuk dilakukan agar semuanya dapat termonitor dengan baik, sehingga tidak menambahkan masalah baru di atas masalah yang sudah ada. Tidak harus komunikasi berat, bisa saja komunikasi ringan namun rutin.
Senada dengan Rachmat, untuk pencegana stunting, Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Kirana Pritasari mengatakan bahwa pihaknya sedang meninjau lebih lanjut konsep pola hidup baru ini dalam masa PSBB. Ia dan seluruh jajaran tenaga kesehatan akan mengedepankan edukasi bagi masyarakat. “Kami melakukan edukasi kesehatan tentang gizi seimbang secara masif sudah di 34 provinsi sudah kita lakukan dan kami sudah memberikan semacam poster booklet untuk tenaga kesehatan dalam tugasnya. Yang kami pantau saat ini di kabupaten-kabupaten sendiri sudah melakukan hal yang sama sampai ke tingkat masyarakat diharapkan ini sampai ke masyarakat sehingga pemahaman masyarakat mengenai gizi seimbang semakin tinggi,” katanya.
Pembudayaan gerakan hidup sehat termasuk untuk penanggulangan stunting dengan peningkatan aktivitas fisik dan lingkungan yang baik serta edukasi terkait makanan bergizi tidak melulu mahal dan dapat diperoleh di sekitar kita lebih perlu digalakkan kembali.
Sebelumnya, pada pidato Presiden Joko Widodo pada Oktober 2019 lalu, pemerintah berjanji memprioritaskan pengentasan masalah stunting dalam 5 tahun mendatang. Oleh karena itu, di masa pandemi seperti saat ini, penanganan Covid-19 sama pentingnya dengan perhatian terhadap pencegahan stunting.
Bila Covid-19 menyebabnya kematian dalam waktu singkat, stunting berakibat pada gagalnya target mendapatkan generasi emas pada saat Indonesia mengalami bonus demografi nanti sebab konsumsi makanan dan minuman yang tidak memenuhi kebutuhan gizi anak hari ini akan mempengaruhi kualitas pada saat usia produktif.
Sumber : tempo.co