SUKABUMIUPDATE.com - Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Suhanto mengatakan stok beras nasional saat ini mencapai 3,3 juta ton. Dilansir dari tempo.co, pasokan sebanyak itu diklaim cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat selama mengarungi bulan Ramadan.
"Cukup sampai periode lebaran 2020," ujar dia dalam rapat bersama Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat, Kamis, 23 April 2020.
Berdasarkan data dari Perum Badan Urusan Logistik dan Badan Ketahanan Pangan, pasokan beras sebanyak 3,3 juta ton itu tersebar antara lain 1,3 juta ton di Bulog, sebanyak 1,2 juta ton di penggilingan, sejumlah 728 ribu ton di pedagang, 728 ribu ton di pedagang, 30.620 ton di Pasar Induk Beras Cipinang, serta stok lumbung masyarakat sebesar 2.939 ton.
Pasokan itu juga akan ditambah dengan adanya potensi produksi beras pada periode Maret hingga Agustus sebesar 19,8 juta ton. "Kami juga sudah melakukan rapat bersama Perpadi (Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras) untuk mendapatkan informasi riil mengenai stok padi pada pekan lalu," kata Suhanto.
Dari rapat tersebut, tutur Suhanto, Perpadi melaporkan adanya potensi penurunan produksi pasi sekitar 10 persen ketimbang rencana. Sehingga, produksi Maret hingga Agustus yang semula ditargetkan 19,8 juta ton turun menjadi 17,85 juta ton.
Dengan laporan tersebut, potensi ketersediaan beras di Tanah Air menjadi 21,37 ton dengan kebutuhan nasional sekitar 15 juta ton. Dari selisih tersebut terdapat surplus sekitar 6,2 juta ton. "Diperkirakan cukup untuk memenuhi kebutuhan 2,5 bulan atau sampai November dalam kondisi aman," ujar Suhanto.
Presiden Joko Widodo atau Jokowi sebelumnya meminta agar ketersediaan beras memasuki musim kemarau dan Ramadan dapat dihitung secara cermat.
"Pastikan ketersediaan bahan pokok, hitung yang betul berapa produksi beras kita, kemudian perkiraan produksi beras saat masuk musim kemarau juga cadangan beras nasional kita cukup untuk berapa lama," kata Presiden di Istana Merdeka Jakarta, Selasa, 21 April 2020. "Tolong betul-betul dihitung, jangan overestimate. Tolong dikalkulasi yang cermat, dihitung yang detail berbasis data empiris yang valid dan reliable."
Sumber: Tempo.co