SUKABUMIUPDATE.com - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyebut sekitar 40 persen kuota Kartu Indonesia Pintar atau KIP Kuliah dialokasikan untuk Perguruan Tinggi Swasta (PTS).
"Ini naik hampir tiga kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya, yang mana untuk Bidikmisi (nama KIP Kuliah sebelumnya) hanya sekitar 15 persen," ujar Pelaksana Tugas Dirjen Pendidikan Tinggi Kemendikbud, Prof Nizam dalam rapat dengar pendapat umum dengan Komisi X DPR di Jakarta, Rabu, 22 April 2020.
Dilansir dari tempo.co, KIP Kuliah merupakan beasiswa yang diperuntukkan bagi mahasiswa yang memiliki kemampuan akademik, namun berasal dari keluarga kurang mampu.
Disebutkan bahwa penambahan kuota itu menunjukkan perhatian pemerintah pada PTS. Jumlah kuota untuk KIP Kuliah ada 400 ribu.
Untuk PTS mana saja yang bisa mendapatkan alokasi KIP Kuliah, akan ditentukan oleh Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) di masing-masing wilayah.
Kemendikbud memastikan anggaran untuk KIP Kuliah tidak akan terganggu karena adanya wabah COVID-19, karena sudah dianggarkan dalam APBN.
Untuk pendaftaran KIP Kuliah telah dimulai 2 Maret hingga 31 Maret 2020 pukul 23.59 WIB melalui laman http://kip-kuliah.kemdikbud.go.id/.
Berbeda dengan program beasiswa sebelumnya, untuk program studi tujuan tidak lagi harus terakreditasi A dan B, melainkan bisa juga yang terakreditasi awal atau C, terutama untuk calon mahasiswa yang berada di daerah terpencil.
Setiap penerima beasiswa KIP Kuliah mendapatkan bantuan sebesar Rp 6,6 juta per semester, yang terdiri atas Rp 2,4 juta untuk biaya kuliah dan Rp 4,2 juta untuk biaya hidup selama enam bulan.
Sedangkan untuk mahasiswa program vokasi, mendapatkan tambahan sebesar Rp 800.000 untuk peningkatan kompetensinya.
KIP Kuliah merupakan bentuk penguatan program Bidikmisi yang dilaksanakan melalui perluasan akses mahasiswa dari keluarga kurang mampu untuk mengenyam pendidikan di perguruan tinggi.
Anggota Komisi X DPR, Adrianus Asia Sidot, meminta agar Kemendikbud memperpanjang masa pendaftaran KIP Kuliah dikarenakan kondisi pandemi COVID-19. Banyak orang tua yang sebelumnya memiliki pekerjaan, kehilangan pekerjaan akibat pandemi tersebut.
Sumber : tempo.co