SUKABUMIUPDATE.com - Ketersediaan alat pelindung diri (APD) bagi tenaga medis kembali disinggung Presiden Joko Widodo saat membuka rapat terbatas kabinet pagi ini, Senin, 13 April 2020. Melansir dari tempo.co, Jokowi meminta agar jajarannya betul-betul memperhatikan pasokan APD serta ventilator agar tak ada lagi keluhan kekurangan di lapangan.
"Jangan sampai masih ada yang masih mengeluh kekurangan, ini agar suplainya betul-betul dilihat sehingga tidak ada keluhan di bawah," kata Jokowi.
Ketersediaan APD memang menjadi persoalan serius dalam penanganan Covid-19 di Indonesia. Sejumlah organisasi profesi medis beberapa kali mengeluhkan kelangkaan APD di rumah sakit dan fasilitas layanan kesehatan lainnya.
Yang teranyar, Persatuan Dokter Umum Indonesia menyinggung masalah APD ini dalam surat terbukanya kepada Presiden Jokowi. Dalam surat tertanggal 10 April itu, PUDI mengingatkan sudah ratusan ribu dokter dan tenaga kesehatan yang resah, susah, dan marah karena APD makin langka dan harganya kian menggila.
"Sementara nurani mereka terusik, tidak tega menyaksikan pasiennya penuh harap dalam derita tiada tara. Haruskah mereka bertaruh nyawa dengan APD seadanya?" kata Ketua Umum PUDI Abraham Andi Padlan Patarai dalam surat itu.
Sejumlah organisasi profesi yakni Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Ikatan Bidan Indonesia, dan Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) juga sudah berbarengan mendesak pemerintah memenuhi keperluan APD.
Jika APD tak tersedia, organisasi-organisasi profesi ini akan meminta anggotanya untuk sementara tak merawat pasien Covid-19 demi menjaga keselamatan mereka sendiri. Desakan ini disampaikan pada 27 Maret lalu.
Mereka menyatakan, tenaga medis rentan terinfeksi Covid-19 jika APD yang dikenakan tak lengkap. Hingga kemarin, tercatat setidaknya sudah ada 27 dokter dan 10 perawat meninggal karena Corona.
Wakil Ketua Umum PB IDI Adib Khumaidi sebelumnya mengatakan, minimnya APD menjadi salah satu penyebab meninggalnya para dokter. Ia mengatakan penularan banyak terjadi di area seperti klinik, Unit Gawat Darurat, dan rumah sakit atau tempat praktik swasta.
Menurut dia, tenaga medis di tempat-tempat itu selama ini kekurangan APD. "Kalau ruang isolasi, dokter paru, penyakit dalam, dia sudah dilengkapi dengan APD yang standar," kata Adib kepada Tempo pada Selasa pekan lalu, 7 April 2020.
Ketua Dewan Penasihat Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) IDI, Prijo Sidipratomo mengatakan para sejawatnya yang meninggal mayoritas dokter spesialis, guru besar, atau dokter birokrat--seperti kepala rumah sakit dan kepala dinas--yang usianya di atas 50 tahun. "Kalau kekurangan APD masih terus terjadi maka Indonesia diprediksi bisa kehilangan banyak dokter pakar, spesialis, guru besar, atau atau birokrat."
Juru bicara untuk penanganan Covid-19, Achmad Yurianto mengklaim pemerintah telah menyalurkan 790 ribu APD ke seluruh Indonesia. Yuri juga mengklaim APD-APD itu berkualitas terbaik. Namun Yuri tak menjelaskan secara detail kualitas APD ini.
"Secara khusus kami akan membahas tentang APD ini, sehingga bisa memahami berbagai level penggunaan APD dan berbagai kualitas di dalam kaitannya dengan APD yang digunakan," kata Yuri dalam keterangannya Ahad kemarin, 12 April 2020.
Merujuk informasi di akun Twitter resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana, @BNPB_Indonesia, pada Sabtu lalu, 11 April APD dan masker telah dikirim ke Nusa Tenggara Barat dan Bali dengan pesawat Herculer milik TNI Angkatan Udara.
Sebanyak 200 koli (10.000 lembar) APD dan lima koli (5.000 lembar) masker dikirim ke NTB, sedangkan yang dikirim ke Bali sebanyak 140 koli (7.000 lembar) APD dan empat koli (4.000 lembar) masker.
Hingga kemarin, Ahad, 12 April, tercatat ada 4.241 kasus positif Covid-19 di Indonesia. Sebanyak 3.509 orang masih dalam perawatan, 369 orang sembuh, dan 373 meninggal.
Sumber : tempo.co