SUKABUMIUPDATE.com - Para narapidana di sejumlah lembaga pemasyarakatan (lapas) dan rumah tahanan negara memproduksi alat pelindung diri (APD) secara mandiri.
Dilansir dari tempo.co, berbekal keterampilan dari program pembinaan kemandirian, narapidana mampu memproduksi berbagai APD, seperti masker, pelindung wajah (face shield), penutup kepala, gown, dan apron.
“Kebutuhan di dalam lapas atau rutan saja sudah sangat tinggi. Jika mengandalkan pembelian dari luar saja tidak cukup dan barangnya langka,” ujar pelaksana tugas Direktur Jenderal Pemasyarakatan, Nugroho, dalam siaran tertulisnya, Rabu, 8 April 2020.
Tak hanya APD, narapidana juga memproduksi perlengkapan penunjang lainnya, seperti cairan antiseptik, hand sanitizer, bilik sterilisasi, tiang infus hingga tandu. Nugroho mengatakan, para narapidana memproduksi APD setiap hari dan diutamakan untuk di dalam lapas dan rutan yang rentan terjadi penularan virus Corona.
"Namun bagi lapas atau rutan yang mampu berproduksi dalam skala besar tidak menutup kemungkinan untuk didistribusikan keluar. Kita semua bersatu untuk melawan corona,” katanya.
Lapas Lhoksukon, misalnya, telah mendistribusikan masker hasil buatan narapidana ke beberapa wilayah di Aceh, serta Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara Pangkalpinang yang membagikan ke tenaga medis setempat.
Beberapa lapas dan rutan yang memiliki kapasitas produksi besar, antara lain Lapas Binjai mampu memproduksi 100 buah face shield dan 50 buah penutup kepala per hari, Lapas Perempuan Semarang mampu produksi 500 buah masker kain per hari, serta Lapas Perempuan Pekanbaru yang mampu produksi 75 lusin gown dan apron per hari.
Sementara itu, untuk peralatan penunjang lainnya, Lapas Malang mampu memproduksi cairan antiseptik dan hand sanitizer masing-masing 100 liter per hari, Lapas Tasikmalaya produksi 2 bilik sterilisasi per minggu, serta Lapas Polewali yang mampu produksi 3 tiang infus dan 1 tandu per hari.
Tak hanya produksi APD, penyediaan berbagai fasilitas penunjang di lapas dan rutan juga dilakukan untuk menekan penyebaran Covid-19. Sekretaris Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Ibnu Chuldun, mengungkapkan fasilitas seperti bilik sterilisasi hingga layanan kunjungan video call sudah tersedia di lapas dan rutan seluruh Indonesia.
“Setiap orang yang keluar masuk lapas atau rutan sekarang wajib cuci tangan dan masuk bilik sterilisasi. Fasilitasnya sudah tersedia di seluruh lapas/rutan. Bahkan kendaraan pembawa bahan makanan pun kami semprot disinfektan. Kunjungan langsung diganti video call dan wartel khusus, termasuk proses persidangan juga melalui videoconference,” ujar Ibnu.
Ibnu juga menambahkan saat ini di setiap wilayah telah terdapat blok isolasi khusus bagi warga binaan yang berstatus orang dalam pemantauan (ODP) maupun pasien dalam pengawasan (PDP).
“Kami juga bekerja sama dengan dinas kesehatan dan rumah sakit setempat serta menyiapkan rumah sakit Pengayoman sebagai rumah sakit rujukan bagi warga binaan,” ucap Ibnu.
Sumber: Tempo.co