SUKABUMIUPDATE.com - Pelaksana Tugas Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Keuangan Nufransa Wira Sakti mengatakan ada lima langkah yang diambil pemerintah dalam menghadapi tekanan ekonomi akibat virus corona.
"Pertama adalah mempercepat realisasi belanja Kementerian/Lembaga, terutama belanja bantuan sosial seperti PKH dan kesehatan, serta belanja non operasional," ujar Nufransa dalam keterangan tertulis, Jumat, 14 Februari 2020.
Kedua, tutur dia, pemerintah akan mendorong pusat-pusat pariwisata melalui berbagai program pendukung, seperti percepatan pembangunan lima destinasi pariwisata super prioritas, yaitu Danau Toba, Borobudur, Likupang, Labuan Bajo, dan Mandalika. "Pemerintah juga akan menyiapkan kebijakan fiskal dan non-fiskal untuk menstimulasi sektor pariwisata," tuturnya.
Ketiga, pemerintah akan mendorong dan mempercepat belanja padat karya untuk kegiatan produktif yang menyerap banyak tenaga kerja, seperti belanja infrastruktur di pusat dan daerah. Berikutnya, pemerintah juga bakal mengoptimalkan peran APBN sebagai instrumen yang fleksibel dalam merespons situasi ekonomi (countercyclical) dengan tetap dalam batasan yang aman dan terkendali.
"Kelima, kami juga akan mempercepat penajaman program Kredit Usaha Rakyat (KUR), termasuk perluasan sasaran," kata dia.
Saat ini, Nufransa mengatakan ekonomi Indonesia masih stabil di tengah peningkatan tekanan ekonomi global akibat penyebaran wabah virus corona. Namun, wabah virus corona yang meluas di berbagai negara memiliki dampak keekonomian yang perlu diantisipasi oleh seluruh negara termasuk Indonesia. Sebab, peristiwa ini diperkirakan berdampak pada perekonomian dunia, terutama pada perekonomian Cina sebagai sumber penyebaran virus.
"Beberapa institusi melihat, apabila penyebaran wabah virus corona berlangsung cukup lama dan terus menghambat aktivitas ekonomi, pertumbuhan ekonomi Cina sebagai perekonomian terbesar kedua di dunia dapat terus tumbuh melambat," tutur Nufransa.
Tekanan ekonomi Cina, kata dia, berpotensi memberi efek limpasan ke negara-negara mitra termasuk Indonesia melalui beberapa transmisi seperti sektor pariwisata, perdagangan internasional, dan aliran investasi. Meskipun perhitungan proyeksi masih diliputi ketidakpastian, institusi-institusi memperkirakan bahwa dampak pada ekonomi Indonesia tidak sebesar negara-negara lain, seperti Thailand, Malaysia, Vietnam, atau Singapura yang mempunyai hubungan lebih besar terhadap ekonomi Cina.
Menurut Nufransa, dampak virus corona tersebut sangat terasa pada pergerakan arus orang dari Cina ke Indonesia setelah diberlakukannya larangan penerbangan dari atau ke Cina. Pergerakan penumpang masuk asal Tiongkok mencapai puncak di tanggal 25 Januari 2020 dan mengalami penurunan drastis hingga saat ini jumlah penumpang dari negeri Panda mencapai kurang 500 orang.
"Selanjutnya, untuk mengukur limpasan virus corona melalui transmisi perdagangan internasional, perlu dicermati kinerja ekspor impor Indonesia khususnya dengan Cina di awal tahun 2020. Di periode ini, arus barang ke dan dari Cina juga banyak dipengaruhi faktor lain, seperti faktor musiman Hari Raya Imlek," kata Nufransa.
Sumber : tempo.co