SUKABUMIUPDATE.com - Penjajahan Belanda di Indonesia meninggalkan warisan yang masih digunakan hingga saat ini, berupa jaringan jalan kereta api. Pemerintah kolonial juga meninggalkan banyak lokomotif, yang di Eropa pun jadi barang langka.
Mengutip dari tempo.co, Balai Yasa, bengkel kereta api terbesar yang berada di Yogyakarta merestorasi lokomotif peninggalan era Hindia Belanda. Lokomotif tua dengan kode lambung D1410 ini merupakan produk dari Hanomag Hannover, Linden, Jerman tahun 1921 -- dengan dengan kode pembuatan 9653.
"Loko tua ini jalan ke Solo, dulu memang loko uap untuk jurusan Solo-Yogyakarta," kata Eko Budiyanto, Manager Humas PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasi 6 Yogyakarta, 6 Februari 2020.
Lokomotif tua itu dibawa ke Balai Yasa Yogyakarta dalam kondisi mesin mati dan rusak pada April tahun lalu. Restorasi lokomotif tua ini memakan waktu sekitar tujuh bulan.
Hari ini, 6 Februari 2020, lokomotif uap dengan bahan bakar kayu dan batu bara ini kembali bisa beroperasi. Terakhir beroperasi Solo-Yogyakarta pada puluhan tahun lalu.
“Ini adalah perjalanan bersejarah dari loko uap. Seperti napak tilas karena puluhan tahun lalu ada loko uap dengan jurusan Solo-Yogyakarta. Sekarang hidup lagi walau hanya satu rute perjalanan,” kata Executive Vice President (EVP) PT. KAI Daop 6 Yogyakarta Eko Purwanto.
Restorasi loko uap ini merupakan permintaan khusus dari Presiden Joko Widodo. Karena sejarah dan potensinya, sangat disayangkan jika hanya berada di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) sebelumnya.
Eko Purwanto pun ikut dalam perjalanan perdana kereta uap ini setelah direstorasi. Tidak hanya menumpang, dia justru menjadi masinis loko tua ini. Perjalanan total sejauh 60 kilometer.
Lokomotif uap ini terakhir beroperasi pada 1977. Lokomotif semacam ini, dulu menjadi andalan di Jawatan Kereta Api. Apalagi di negera pembuatnya, lokomotif semacam ini sangat tangguh di rel yang berada di perbukitan.
Setelah restorasi, lokomotif ini akan beroperasi. Tetapi tidak untuk kereta transportasi umum. Namun lebih banyak difungsikan sebagai kereta wisata.
Dari data yang didapat, Lokomotif uap tua ini memiliki panjang 12,6 meter dengan lebar 3 meter. Kecepatan maksimal saat masih aktif mencapai 70 kilometer per jam. Bahan bakar yang digunakan adalah batubara dan kayu jati. Tenaga penggerak berupa sistem uap kering atau superheater.
Lokomotif tua ini dulu melayani rute Jakarta-Bandung dengan rute Jakarta-Bogor-Sukabumi. Untuk mengoperasikkannya hanya butuh seorang masinis dan juru api.
Loko uap ini menjadi satu-satunya yang berhasil direstorasi di Balai Yasa Yogyakarta. Setibanya di Solo, lokomotif uap tua ini akan menggantikan kereta Jaladara. Rute yang dilalui terfokus di perkotaan Solo.
Data teknis Lokomotif:
- D14 10 - Ex SS 1410.
- Susunan Roda 2-8-2T.
- Dibuat oleh Hanomag Hannover, Linden. Jerman
- Nomor Pembuatan: 9653.
- Tahun Pembuatan: 1921.
- Panjang: 12.650 mm
- Lebar: 3.000 mm
- Tinggi maksimum: 3.780 mm
- Lebar sepur: 1.067 mm
- Diameter roda: 1.106 mm
- kecetapan maksimal: 70 kolometer per jjam
- bahan bakar: batubara / kayu jati (tergantung model peti api)
- Sistem rem lokomotif: rem vakum
- Sistem uap: Uap kering - Superheater.
- Depo Induk terakhir: Jatinegara.
- Lintasan dinas: Jakarta-Bogor-Sukabumi.
- Area dinas: Jakarta-Bandung.
- Awak Kabin: 2 (masinis dan juru api).
Sumber : tempo.co