SUKABUMIUPDATE.com - Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto mengenang kesulitan yang dihadapinya saat akan mendirikan partai lebih satu dekade silam. Kenangan ini dia ceritakan saat perayaan hari ulang tahun ke-12 Gerindra di kantor DPP Gerindra, Ragunan, Jakarta Selatan pada hari ini, Kamis, 6 Februari 2020.
Dikutip dari tempo.co, Prabowo mengatakan dirinya dan sejumlah penggagas Gerindra, seperti Ahmad Muzani, Fadli Zon, dan Hashim Djojohadikusumo ketika itu ditertawakan orang. "Ada kawan-kawan kita yang menertawakan kita," kata Prabowo dalam pidatonya.
Prabowo mengatakan, yang menertawakan itu adalah orang-orang yang berjuang bersamanya sedari dulu, bahkan orang yang dia besarkan sewaktu Orde Baru. Namun reaksi mereka justru tertawa.
"Mereka tanya, 'Apa? Partai? Apa itu, Gerindri, Gerindru?' Ini demi Allah," kata mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus ini.
Meski begitu, Prabowo mengatakan mereka tak ragu dan berkecil hati. Kendati dihina dan diejek, kata dia, mereka bertekad mendirikan partai untuk memperjuangkan kepentingan rakyat Indonesia.
Prabowo berujar sikap kukuh mereka itu dilandasi kecintaan kepada Indonesia. Mereka juga menilai Indonesia tidak berjalan dengan tepat dan benar sesuai yang dicita-citakan para pendiri bangsa.
Prabowo bercerita, dalam proses pendaftaran ke Kementerian Hukum dan HAM pun mereka berkejaran dengan waktu. Mereka bekerja maraton dalam waktu 14 hari kerja.
Menurut Prabowo, struktur pengurus di Jawa Tengah mendaftar ke kantor-kantor kecamatan lantaran saat itu sedang banjir. Di Nusa Tenggara, perjuangan mendirikan partai bahkan sampai merenggut korban jiwa.
"Jadi dalam ulang tahun yang kedua belas kita mengenang masa-masa yang sulit, masa-masa kita diejek, tidak diperhitungkan. Tetapi waktu itu yang menggerakkan kita adalah cita-cita kita, yang menggerakkan adalah cinta kita kepada tanah air," ujar Menteri Pertahanan ini.
Prabowo pun mengucapkan terima kasih kepada para kadernya yang dinilainya telah setia hingga kini. Dia berterima kasih karena mereka telah mau terjun ke politik dan tidak hanya menjadi penonton atau pengamat.
SUMBER: TEMPO.CO