SUKABUMIUPDATE.com - Kelompok mahasiswa tunanetra yang harus keluar dari asrama Balai Wyata Guna Bandung akan berjalan kaki atau longmarch ke Jakarta. Sebanyak 30-an orang itu tergabung dalam Forum Akademisi Luar Biasa.
“Kami ingin bertemu dengan Pak Jokowi,” kata Ketua Forum Akademisi Luar Biasa, Rianto dalam orasinya, Jumat, 17 Januari 2020.
Para anggota forum hari ini menggelar aksi unjuk rasa di Jalan Pasirkaliki, depan Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Sensorik Netra (BRSPDSN) Wyata Guna Bandung. Aksi juga diikuti para alumni. Sambil duduk berkumpul, mereka membentangkan poster karton dan kain besar.
Dalam orasinya, mereka memprotes perubahan Panti Sosial Bina Netra menjadi balai sehingga mereka harus hengkang dari asrama sejak Selasa, 14 Januari 2020. Sejak Selasa malam itu sampai sekarang mereka memilih tinggal di trotoar dan halte depan balai.
Mereka memprotes kebijakan pemerintah yang mengubah panti menjadi balai lewat Peraturan Menteri Sosial Nomor 18 Tahun 2018. Aturan itu tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas di Lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial.
Anggota forum Elda Fahmi mengatakan mereka telah lama ingin bertemu dan berbincang langsung dengan Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita sejak 2018. Mereka pernah datang ke kantor kementerian namun selalu gagal. Pun ketika Agus datang ke Wyata Guna Bandung. “Kami sudah menunggu empat jam (tapi) Menteri tidak mau menemui kami,” ujarnya kepada Tempo di lokasi.
Pilihan terakhir, kata Elda, jika menteri selalu berkelit, mereka akan bergerak ke Jakarta menemui Presiden Joko Widodo. “Untuk minta keadilan,” ujarnya.
Mereka menuntut pemerintah mencabut Peraturan Menteri Sosial Nomor 18 Tahun 2018. Sambil memperjuangkan itu, mereka memilih tinggal di sisi Jalan Pajajaran dan trotoar serta halte depan balai.
Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum telah menawarkan agar mereka pindah dan tinggal di panti sosial di Cibabat Kota Cimahi. Namun, kata Elda, tempat itu belum berfungsi seperti panti di Wyata Guna melainkan seperti rumah singgah.
Penghuni asramanya pun tidak khusus tunanetra melainkan segala disabilitas. “Bukan kami menolak solusi pemerintah Jawa Barat tapi kami membutuhkan fungsi panti,” ujar mahasiswa berusia 20 tahun di IKIP Siliwangi Cimahi itu.
Elda mengatakan 30-an anggota forum merupakan mahasiswa tunanetra yang tersebar di berbagai kampus. Rekan lainnya, kata dia, mengenyam pendidikan di Universitas Langlangbuana, Universitas Islam Nusantara, Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Widyatama, dan Universitas Pasundan.
Sumber : tempo.co