SUKABUMIUDPATE.com - Mengaku berawal dari hanya menemani teman menerima 'booking-an', seorang mahasiswi dari Kota Bogor blak-blakan tentang praktik prostitusi kawin kontrak yang dilakoninya di kawasan Puncak. Dia mengaku pernah menerima mahar hingga Rp 50 juta dan menerima 'nafkah' harian sesuai kontrak, Rp 750 ribu per hari.
Hingga kini, Mawar, sebut saja begitu namanya, mengaku tak bisa meninggalkan praktik kawin kontrak. Dia sendiri pertama kali melakukannya dan menerima mahar hingga Rp 50 juta--dibagi bersama muncikari--pada 2015. Mahar itu tergolong besar karena, menurutnya, dirinya saat itu masih gadis.
Sejak itu, praktik kawin mawin yang rata-rata hanya berumur dua pekan diakrabinya. Dampaknya, kuliahnya molor hingga kini telah enam tahun dan belum rampung juga. "Saya ambil cuti satu semester dalam setahun kadang awal atau akhir, tergantung ramainya (turis)," kata kata dia saat ditemui di sebuah rumah makan di kawasan Puncak, Jumat 27 Desember 2019.
Menurutnya, untuk menjadi istri kontrak tidak harus cantik dan seksi. Cukup menarik dan terutama bisa mengikuti apa yang jadi keinginan si calon suami. Jika itu dilakukan, dia mengklaim, bonus akan mengalir: dibelikan vila, mobil, atau tanah.
Bonus yang dimaksud disebutkannya. "Untuk turis Arab kalau 'service' kita bagus, maka hatinya akan mudah didapatkan alias apa yang jadi keinginan akan dipenuhi oleh 'suami'," kata perempuan berusia 25 tahun pemilik rambut panjang agak pirang ini.
Dia menyebutnya bonus karena sehari-hari sudah menerima 'nafkah' berupa uang harian. Seturut pengalamannya pernah dikawin kontrak turis dari Sudan dan Malaysia, uang nafkah sebesar Rp 750 ribu per hari. Dia menyebutnya untuk keperluan dapur dan uang saku.
"Tapi tiap hari (berhubungan intim), kadang sampai dua dan tiga kali dalam sehari. Sampai sakit saya waktu itu," kata Mawar merujuk kawin kontraknya yang pertama.
Penuturan Mawar soal nilai kontrak senada dengan yang pernah disampaikan sumber Tempo di tengah komunitas warga Timur Tengah di Puncak. Dia mengatakan warga asing tersebut bersedia bayar Rp 0,5 sampai 1,5 juta per hari untuk perempuan lokal mau dikawin kontrak.
Dia juga menyebut, bukan hanya turis asal Timur Tengah yang menjadi pelanggan para mucikari. Namun warga dari Eropa dan Asia juga ada. "Bukan rahasia lagi, banyak disini yang kawin kontrak. Orang Indonesia juga ada," katanya saat ditemui di sekitar kawasan yang disebut Warung Kaleng, lokasi tempat banyak turis Timur Tengah singgah di Cisarua.
sumber: tempo.co