SUKABUMIUPDATE.com - Warga Kampung Baru, Desa Watesjaya menyinggung soal mistis dalam peristiwa tembok penahan tanah ambrol pada proyek double track Bogor-Sukabumi. Akibat material tembok ambrol karena tebing longsor, dua pekerja proyek itu meninggal pada Sabtu, 16 November 2019.
Tembok Penahan Tanah atau TPT itu ambrol di jembatan stasiun Cigombong KM. Warga menyebut kecelakaan itu tidak hanya terjadi karena faktor alam saja, melainkan ada kaitan dengan penunggu di lorong kereta jembatan yang sudah terbangun ratusan tahun lalu itu.
Ketua RT 02/07 Kp. Baru, Ds. Watesjaya, Suwardi, 67, menyebut kejadian ambrol TPT secara ilmiah memang karena hujan dan kontur tanah yang labil. Namun di balik itu, sebelum kejadian ada pertanda yang dia dapat. Pada malam Jumat yang lalu, terdengar suara kereta melintas dan teriakan orang di tengah malam.
"Rumah saya kan persis di sisi rel deket kolong itu, kadang saya suka melihat embah-embah berdiri di situ (lokasi kejadian)," ungkap Suwardi saat ditemui di rumahnya, Watesjaya, Cigombong, Bogor, Sabtu sore.
Sebelum kecelakaan yang menewaskan dua pekerja proyek double track Bogor-Sukabumi, Suwardi menceritakan ada kecelakaan lain yang menewaskan seorang bocah warga setempat. Pada Januari lalu, bocah laki-laki itu meninggal di lokasi proyek di Cicurug, Kabupaten Sukabumi.
Suwardi mengatakan dia sudah berulang kali memperingatkan kontraktor proyek strategis nasional itu untuk melakukan selamatan sebelum melaksanakan kegiatan. "Ya bahasa kitanya, sowan atau numpang-numpang gitu. Tapi nggak pernah didengar, jawabnya itu hanya mitos dan ghaib," ucap Suwardi.
Staf Desa Watesjaya, Yusuf Supriyatna, 34, menyebut warganya memang selalu mengaitkan kejadian di proyek dengan hal mistis. Namun Yusuf menyebut kejadian TPT ambrol pada proyek double track Bogor-Sukabumi karena kondisi alam. "Kontur tanah dan hujan yang besar, ditambah human error dan K3 yang minim," ucap Yusuf.
Sumber: Tempo.co