SUKABUMIUPDATE.com - Pengamat Intelijen dan Keamanan Universitas Indonesia (UI) Stanislaus Riyanta mengatakan, aksi teror bom bunuh diri di Polrestabes Medan adalah buntut dari kematian pimpinan ISIS, Abu Bakr Al Baghdadi.
Hal itu disampaikan Stanislaus saat menjadi narasumber acara Mata Najwa yang mengangkat tema Bom Bunuh Diri: Kenapa Lagi pada Rabu (13/11/2019) malam.
Stanislaus menyebut, aksi teror dengan target polisi tersebut berafiliasi dengan ISIS. Berbeda dengan aksi teror yang menargetkan simbol-simbol Amerika seperti pengeboman J.W Marriott dan Ritz Carlton yang dipicu oleh simpatisan Al-Qaeda.
"Ini memang fenomena yang dilakukan oleh ISIS, jadi kelompok-kelompok radikal yang berafiliasi dengan ISIS, dia memang menganggap thaghut atau musuh mereka adalah polisi," ujarnya.
Ia kemudian berujar, peristiwa teror di Medan tersebut berkaitan dengan isu internasional karena merupakan aksi balas dendam dari kematian Al Baghdadi pada 26 Oktober lalu. Kejadian itupun sudah diramalkan sebelumnya.
"Ini sebenarnya sudah diprediksi, pasca kematian Al-Baghdadi. Ini pasti akan memicu aksi balas dendam," imbuhnya.
Lebih lanjut, Stanislaus menambahkan bahwa pelaku peledakan bom belum bisa dipastikan berasal dari kelompok maupun tunggal. Namun, menurutnya pelaku yang beraksi sendiri alias lone wolf justru lebih berbahaya karena tidak bisa terdeteksi rencananya.
"Mau kelompok atau tunggal kalau dia melakukan aksi terorisme berbahaya, justru yang bahaya pelaku tunggal karena dia tidak terdeteksi, dia merencanakan sendiri dan melakukan sendiri," kata Stanislaus.
Ia pun menegaskan, simpatisan ISIS telah diperintah untuk melakukan aski teror di masing-masing wilayah. Mereka pun akan memanfaatkan momentum penting untuk beraksi.
"Ada seruan di Timur Tengah sana, pada awal tahun saat mereka (ISIS) terdesak, akan ada aksi amaliyah yang dilakukan di tempat masing-masing sehingga para simpatisan melakukan aksi ditempat masing-masing mereka punya momentum favorit seperti bulan puasa dan natal," tandasnya.
SUMBER: SUARA.COM