SUKABUMIUPDATE.com - Sejumlah rumah warga di Desa Sukamulya Kecamatan Tegalwaru Kabupaten Purwakarta rusak berat tertimpa batu besar yang menghujani wilayah tersebut pada Selasa (8/10/2019). Bagi warga yang tinggal di desa tersebut, keberadaan batu besar yang menggelinding tersebut baru kali pertama terjadi, meski sebelumnya kerap terdengar dentuman ledakan.
"Kalau suara ledakan sebenarnya itu sering didengar, karena kita tahu ada kegiatan pertambangan," kata seorang warga Desa Sukamulya, Asep seperti dilansir Ayobandung.com-jaringan Suara.com di Purwakarta pada Rabu (9/10/2019).
Namun, kala itu, warga bertambah kaget karena setelah terdengar suara ledakan, tiba-tiba bebatuan berukuran besar menggelinding ke bawah hingga menimpa sejumlah rumah warga dan sekolah. Saat kejadian, katanya, warga sempat berteriak histeris melihat batu menggelinding dari atas tebing ke arah pemukiman pada Selasa (8/9/2019).
Sementara itu, Kepala Dinas Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran Purwakarta Wahyu Wibisono mengatakan peristiwa bebatuan yang menghujani rumah warga itu akibat aktivitas blasting atau peledakan batu yang dilakukan perusahaan tambang, PT Mandiri Sejahtera Sentra (MSS).
"Ada tujuh rumah milik warga dan satu bangunan sekolah di Desa Sukamulya, Kecamatan Tegalwaru, Purwakarta yang rusak setelah dihujani batu besar dari atas Gunung Cihandeuleum," katanya.
Manager Teknik PT Mandiri Sejahtera Sentra (MSS), Bambang Yudaka, menyebut jika proses blasting atau peledakan sudah sesuai standar operasional prosedur (SOP). Namun faktanya, ledakan itu menyebabkan sejumlah batu berukururan raksasa menggelinding dan menghantam sejumlah rumah di Kampung Cihandeuleum Desa Sukamulya, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Purwakarta.
"Proses peledakan tersebut sudah berjalan sesuai prosedur, cuma juga tidak menyangka, yang kami tembak itu jauh dari lokasi menggelindingnya batu. Tapi ternyata bebatuan yang di lereng lainnya ikut runtuh dan akhirnya jatuh ke pemukiman warga. Sehingga ketika ada pemberitaan bahwa batu sampai terbang ke pemukiman, sebenarnya yang terjadi bukan seperti itu," ujar Bambang seperti dikutip dari Ayopurwakarta.com--jaringan Suara.com, Rabu (9/10/2019).
Bambang menyebut, musim kemarau disebut sebagai salah satu penyebab runtuhnya bebatuan tersebut yang diakibatkan getaran ledakan. "Kalau musim kemarau kan tanah kering jadi bebatuan yang menempel di lereng tidak kuat lagi, sehingga pas ada ledakan terkena getarannya dan menggelinding. Padahal titik yang kita ledakan jauh," kata Bambang.
Disinggung soal tuntutan warga yang meminta kompensasi akibat insiden itu, perusahaan tambang itu berjanji bakal secepatnya mengganti segala bentuk kerugiannya. "Harus, ini harus diselesaikan dan perusahaan pasti akan mengganti rugi atau memberikan kompensasi, tapi seperti apa dan waktunya nanti kita akan berbicara dulu dengan warga dan atasan di perusahaan," ucap dia.
SUMBER: SUARA.COM