SUKABUMIUPDATE.com - Sejumlah tetangga Laksamana (Purn) berinisial SS yang dituding terlibat dalam kasus pembuatan bom molotov mengaku kaget. Mereka tak yakin dengan tudingan polisi terhadap pria berusia 60 tahun tersebut.
Ketua RT kediaman SS di Perumahan Taman Royal 2, Cipondoh, Kota Tangerang, Heri Novianto, menyatakan sangat mengenal pria yang sehari-hari akrab disapa Pak Haji itu. Karena itu, dia meragukan tudingan polisi bahwa SS terlibat dalam kasus pembuatan bom molotov yang rencananya akan digunakan pada demo Mujahid 212 Sabtu kemarin.
"Dia sesepuh di sini, jika ada masalah warga selalu konsultasi. Pribadinya sangat terbuka, bergaul dan membaur dengan warga. Sepertinya imposible dia terlibat bom molotov," kata Heri ditemui Tempo Senin 30 September 2019 di warungnya yang bernama Warung Kepo.
Heri mengaku tak diberitahukan aparat kepolisian ketika kediaman SS digeledah pada Sabtu dini hari kemarin. Padahal, dia sedang berada di rumahnya yang tak jauh dari tempat kejadian. Dia menyatakan hanya mendapatkan laporan dari satpam perumahan pada Sabtu pagi.
Heri mengatakan SS malam itu sempat bercengkrama dengan warga sekitar pada Jumat malam itu di warungnya. SS dan warga berkaraoke hingga pergantian hari.
"Anak buah saya di warung cerita Pak Haji S nyanyi di warung bareng warga pada Sabtu malam sampai pukul 24.00, warung kami biasa tutup pukul 22.00 karena pada nyanyi ya nunggu selesai," kata Heri. "Nyanyi lagu lawas seperti Koes Plus sama lagu barat tapi yang lawas," kata anak buah Heri tersebut.
Meskipun demikian, salah seorang penjaga warung Heri sempat mencurigai kehadiran orang asing yang menyaksikan SS bernyanyi. Bahkan beberapa hari sebelum penangkapan ada beberapa mobil silih berganti parkir di seberang gerbang Cluster Padjajaran, tempat kediaman SS.
Warung Kepo milik Heri lokasinya persis menempel di gerbang masuk sisi luar sebelah kiri Cluster tersebut. Sedangkan rumah SS jaraknya sepelemparan batu dari pos satpam tepat di gerbang masuk. Lokasi rumah bernomor 52 milik SS itu tepat berada di sebelah kanan pintu masuk gerbang Cluster Padjajaran, bagian hook.
Heri mengatakan SS sudah menempati rumahnya sejak delapan tahun silam. Selain ramah, menurut dia, SS tidak pernah bermasalah dengan tetangga.
"Malah satpam di sini bebas keluar masuk menumpang ke toilet di rumahnya, dia terbuka,"kata Heri.
Dalam pergaulan dengan warga pun SS tidak pernah menyinggung secuilpun perkataan ke arah demo, politik ataupun hukum. "Ngobrolin hal ringan dan suka nyanyi saja bareng warga,"kata Heri.
Heri juga mengatakan saat menerima tamu atau kolega biasanya selain di dalam rumah juga di saung di bagian garasi rumahnya.
Meski disebut-sebut calon legislatif dari Partai Berkarya DPR RI, namun tak ada gambar atau poster di rumahnya itu. Justru stiker dan kalender bergambar anaknya sebagai caleg DPRD Kota Tangerang yang tertera di rumah SS.
Stiker anaknya dari Partai Nasdem itu ada ditempel di kaca jendela rumah bagian depan, di tiang saung dan pada kalender yang ditempel di garasi mobil.
Heri mengatakan selain SS, anaknya juga gaul dan akrab dengan warga. "Dia seperti bapaknya membaur, tapi keduanya gagal masuk parlemen,"kata Heri.
Kini Heri mengaku tak tahu di mana warganya yang juga dosen tamu di Medan itu ditahan.
"Kami meminta media yang akan mengambil foto ijin karena kami belum tahu apakah Pak Haji S bersalah atau tidak. Kami warga masih meyakini ini imposible," katanya menggelengkan kepala.
SS ditangkap di jalan Permata Poris pada Sabtu dini hari saat hendak pulang ke rumahnya yang lain di Perumahan Cipondoh Makmur, Cipondoh, sepulang dari rumahnya di Taman Royal 2. Polisi juga menangkap sejumlah orang lainnya seperti dosen Institut Pertanian Bogor Abdul Basith, S alias L, YF, AU dan OS.
Mereka ditangkap setelah pulang dari rumah SS di Taman Royal 2. Di kediaman Abdul Basith, polisi mengaku menemui 28 bom molotov. Bom tersebut, menurut polisi, akan digunakan untuk membuat kerusuhan pada saat demonstrasi Mujahid 212 di depan Istana Negara Sabtu kemarin.
Aksi demonstrasi Mujahid 212 pada Sabtu lalu sendiri berlangsung relatif tertib. Namun massa tak bisa mendekat ke Istana setelah polisi menghalau mereka dengan pagar kawat berduri.
Sumber: Tempo.co