SUKABUMIUPDATE.com - Presiden ke-3, BJ Habibie meninggal dalam usia 83 tahun, Rabu, 11 September 2019. Pria kelahiran Parepare, Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936, ini memiliki banyak prestasi di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek).
Habibie mewariskan beberapa hal yang berkaitan dengan Iptek, mulai dari lembaga hingga teori yang dia buat dan berpengaruh di dunia internasional. Berikut warisan yang ditinggalkan oleh Habibie:
1. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
BJ Habibie merupakan pendiri Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. BPPT merupakan badan pemerintahan non-kementerian yang berada di bawah koordinasi Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi (Kemristek Dikti). Lembaga ini mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengkajian dan penerapan teknologi.
Dalam laman resmi BPPT, proses pembentukan BPPT bermula dari gagasan Presiden ke-2 Soeharto kepada BJ Habibie pada 28 Januari 1974. Melalui Surat Keputusan Nomor 76/M/1974 tanggal 5 Januari 1974, BJ Habibie diangkat sebagai penasehat pemerintah di bidang advance teknologi dan teknologi penerbangan, bertanggung jawab langsung ke presiden dengan membentuk Divisi Teknologi dan Teknologi Penerbangan (ATTP) Pertamina.
Kemudian ATTP diubah menjadi Divisi Advance Teknologi Pertamina melalui Surat Keputusan Dewan Komisaris Pemerintah Pertamina Nomor 04/Kpts/DR/DU/1975 tanggal 1 April 1976. Kemudian diubah menjadi BPPT melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 25 tanggal 21 Agustus 1978. Serta diperbaharui dengan Surat Keputusan Presiden No.47 tahun 1991.
2. The Habibie Center
BJ Habibie mendirikan The Habibie Center pada 10 November 1998. The Habibie Center merupakan yayasan yang berupaya memajukan modernitas dan demokrasi di Indonesia berdasar pada moralitas dan integritas budaya, serta nilai-nilai agama.
The Habibie Center memiliki dua misi yaitu, pertama, untuk menciptakan masyarakat demokratis secara kultural dan struktural yang menjunjung tinggi hak asasi manusia (HAM), serta mengkaji dan mengangkat isu-isu perkembangan demokrasi dan HAM. Kedua untuk memajukan pengelolaan sumber daya manusia dan usaha sosialisasi teknologi.
Beberapa kegiatan The Habibie Center adalah pemberian Anugerah Habibie (Habibie Award), dan diskusi tentang sumber daya manusia, atau yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, demikian dilansir laman resmi The Habibie Center.
Ilmu pengetahuan dan teknologi atau Iptek di The Habibie Center tidak diartikan sebagai teknologi saja. Namun, diartikan sebagai ilmu dalam arti luas, yaitu ilmu dasar, kedokteran dan bioteknologi, rekayasa, sosial, politik, ekonomi, hukum, filsafat, agama, serta budaya.
3. Teori Habibie (Teori Crack Propagation)
Habibie menemukan teori crack propagation point atau letak titik awal retakan pada pesawat. Temuannya menjadi solusi mengenai masalah panjang yang dapat ditimbulkan oleh retaknya bagian sayap dan badan pesawat akibat mengalami guncangan selama take off dan landing.
Habibie melakukan perhitungan detail bahkan perhitungannya sampai tingkat atom pesawat terbang. Ini adalah penemuan yang sangat besar di dunia penerbangan.
Teori yang juga disebut sebagai theory of Habibie yang telah dipakai di industri penerbangan di seluruh dunia, karena berhasil meningkatkan standar keamanan pesawat. Itu sebabnya dia dijuluki sebagai "Mr. Crack".
4. Perkembangan industri pesawat pertama
Pada 26 April 1976, Habibie mendirikan PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio dan menjadi industri pesawat terbang pertama di Kawasan Asia Tenggara. Nurtanio merupakan Bapak Perintis Industri Pesawat Indonesia.
Industri Pesawat Terbang Nurtanio kemudian berganti nama menjadi Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) pada 11 Oktober 1985, kemudian direkstrurisasi, menjadi Dirgantara Indonesia (PT DI) pada Agustus 2000.
Habibie juga memimpin industri-industri strategis Habibie (IPTN, Pindad, PAL) yang memberikan hasil seperti pesawat terbang, helikopter, senjata, dan kemampuan pelatihan. Serta jasa pemeliharaan (maintenance service) untuk mesin-mesin pesawat, amunisi, kapal, tank, panser, senapan kaliber, water canon, kendaraan RPP-M, kendaraan combat dan masih banyak lagi baik untuk keperluan sipil maupun militer.
5. Pesawat pertama buatan Indonesia N250 Gatotkaca
Pada 1995, Habibie berhasil memimpin pembuatan pesawat N250 Gatotkaca, yang merupakan pesawat buatan Indonesia pertama. Pesawat tersebut adalah hasil rancangan Habibie yang didesain sedemikian rupa dan berhasil terbang melewati Dutch Roll (pesawat oleng) berlebihan.
Teknologi pesawat itu cukup canggih dan dipersiapkan untuk 30 tahun ke depan. Habibie memerlukan waktu 5 tahun untuk melengkapi desain awal. Pesawat ini merupakan satu-satunya pesawat turboprop di dunia yang menggunakan Fly by Wire.
Menurut Habibie, pesawat tersebut sudah terbang selama 900 jam dan akan masuk program sertifikasi FAA (Federal Aviation Administration).
Selain N250 Gatot Kaca, BJ Habibie juga mendesain dan menghitung proyek pembuatan pesawat terbang seperti Vertical Take Off and Landing (VTOL) pesawat angkut DO-31, pesawat angkut militer TRANSALL C-130, Hansa Jet 320 (Pesawat eksekutif), Airbus A-300 dan CN-135 serta secara tidak langsung turut berpartisipasi dalam mendesain Helikopter BO-105, Multi Role Combat Aircraft (MRCA) dan beberapa proyek rudal dan satelit.
Sumber: Tempo.co