SUKABUMIUPDATE.com - Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Hendropriyono menyiapkan pasukan anjing K-9 miliknya untuk menjaga aksi massa bertajuk Ifthor Akbar 212 di Gedung KPU pada 22 Mei 2019. Hendropriyono tak mau membeberkan apakah ia sudah mendapat izin dari kepolisian untuk menurunkan pasukan anjing miliknya itu.
"Saya tidak mau kasih tahu, kalau diperlukan mengatasi aksi brutal itu," ujar Hendropriyono di Gedung Djoang 45, Menteng, Jakarata Pusat, Ahad, 19 Mei 2019.
Bekas Menteri Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan ini menyebut ada 152 ekor anjing yang dimiliki pasukan bernama Warga Jaya itu. Jika ada yang ingin mengacaukan negara, kata Hendro, pasukan anjingnya siap diturunkan.
Menurut dia, tidak semua anjingnya bakal diturunkan menjaga Ifthor Akbar 212. "Tidak semua lah buat jaga rumah saya dong. masa rumah saya nggak ada yang jaga," ungkap dia.
Sebelumnya, beredar video berdurasi 39 detik yang memperlihatkan kesiagaan dari pasukan anjing k9 milik Hendropriyono. Saat dia mengunjungi Gedung Djoeang 45 juga terlihat beberapa pasukan K9 ikut mendampingi kedatangan Mantan Ketua Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia.
Hendro menjelaskan kekuatan anjingnya bisa diuji kalau ada yang ingin berbuat onar dalam gerakan massa di KPU. Menurutnya, pasukan anjingnya itu sekali menggigit target tidak bakal dilepaskan. "Saudara-saudara tahu kan kalau dijilat anjing saja najis, apalagi kalau digigit tidak dilepas-lepas. sampai kulit anda itu di bawah pergi baru dilepas," kata dia.
Menurut Hendropriyono, kalau polisi yang menurunkan pasukan anjing K-9 masih bakal berpikir mengenai dampak dan standar prosedur dalam penanganan massa. Khusus pasukan miliknya, kata Hendropriyono tidak perlu memikirkan hal yang seperti itu.
"Saya kan rakyat, saya nggak mikir. Kalau saya diserang bisa balik, mau diserang. Sebelum diserang, saya serang juga. Itu namanya rakyat. Sama-sama rakyatlah kita," kata dia.
Alasannya menyiagakan pasukan anjing K-9, kata Hendropriyono, sebagai wujud kecintaannya bagi Indonesia. Dia menyampaikan bahwa negara tidak bakal bubar akibat perilaku segelintir orang, tapi akibat rakyat yang mayoritas diam. "Karena itu saya tidak mau diam saja. saya tidak mau masuk yang diam saja."
Sumber: Tempo