SUKABUMIUPDATE.com - Petugas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) membawa keluar dua koper besar setelah menggeledah ruang kerja Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita di gedung Kementerian Perdagangan, Jakarta, Senin, 29 April 2019.
"Isinya dokumen," ujar salah satu petugas KPK saat menggiring sebuah koper hitam ke dalam mobil. Selain koper hitam, tampak petugas juga memasukkan sebuah koper oranye ke dalam mobil pasca penggeledahan itu.
Berdasarkan pantauan Tempo, ada sekitar tujuh petugas keluar dari gedung sekitar pukul 18.25 WIB. Mereka menutupi wajahnya dengan masker hijau. Setelah kegiatan selesai, mereka meninggalkan Gedung Kemendag menggunakan lima mobil.
Sebelumnya, para petugas KPK mendatangi Kantor Kemendag pada pagi hari ini. Mereka datang untuk menggeledah ruang kerja Enggartiasto. Salah seorang petugas keamanan di meja resepsionis membenarkan peristiwa tersebut.
"Iya benar, sudah sejak pagi tadi," ujar dia kepada awak media. Petugas tersebut mengatakan penyidik KPK telah mendatangi kantor sekitar pukul 08.00 WIB.
Kendati demikian, berdasarkan pantauan Tempo, situasi di sekitar Gedung Utama Kantor Kementerian Perdagangan tampak berjalan seperti biasa. Tiga petugas keamanan berjaga di depan pintu. Namun mereka mengaku tidak mengetahui mengenai penggeledahan tersebut. "Kami hanya bertugas di depan."
Penggeledahan itu dilakukan dalam penyidikan dugaan penerimaan gratifikasi yang berhubungan dengan jabatan dengan tersangka anggota Komisi VI DPR RI Bowo Sidik Pangarso (BSP).
"Sebagai bagian dari proses penyidikan perkara dugaan gratifikasi yang berhubungan dengan jabatan dengan tersangka BSP, KPK melakukan kegiatan penggeledahan di kantor Kementerian Perdagangan di ruang Menteri Perdagangan sejak pagi ini," kata Juru Bicara KPK Febri Diansyah di Jakarta, Senin.
KPK telah menetapkan tiga tersangka dalam kasus tersebut, yakni anggota Komisi VI DPR RI Bowo Sidik Pangarso (BSP), Indung (IND) dari unsur swasta, dan Marketing Manager PT HTK Asty Winasti (AWI).
Dalam perkembangan kasus itu, Saut Edward, pengacara Bowo Sidik, menyebutkan bahwa sumber uang yang berada dalam amplop untuk digunakan Bowo Sidik dalam "serangan fajar" pada Pemilu 2019 berasal dari salah satu menteri di Kabinet Kerja.
"Sumber uang yang memenuhi Rp 8 miliar yang ada di amplop tersebut sudah dari salah satu menteri yang sekarang lagi menteri di kabinet ini," ucap Edward usai menemani Bowo yang diperiksa di gedung KPK, Jakarta beberapa waktu lalu.
KPK telah mengamankan 82 kardus dan dua boks kontainer yang berisikan sekitar 400 ribu amplop berisi uang yang diduga dipersiapkan oleh Bowo tersebut.
Dari 82 kardus dan dua boks kontainer itu, terdapat uang sekitar Rp8 miliar dalam pecahan Rp20 ribu dan Rp50 ribu yang telah dimasukkan dalam amplop-amplop tersebut.
Uang tersebut diduga terkait pencalonan Bowo sebagai anggota DPR RI di Daerah Pemilihan Jawa Tengah II yang meliputi Kabupaten Kudus, Kabupaten Jepara, dan Kabupaten Demak.
Selain itu, Bowo Sidik juga mengaku diperintahkan secara langsung oleh Nusron Wahid untuk menyiapkan 400 ribu amplop untuk digunakan dalam "serangan fajar" itu.
Saat ditanyakan tentang duit tersebut, Enggartiasto Lukita menampiknya. "Apa urusannya saya ngasih duit. Dari saya, saya yakin betul enggak ada," ujarnya.
Sumber: Tempo