SUKABUMIUPDATE.com - Partai-partai yang memiliki kursi di parlemen berpeluang kembali tetap bertahan di Senayan. Hasil hitung cepat sejumlah lembaga atas pemungutan suara Pemilu 2019yang berlangsung kemarin menyebutkan sembilan partai lolos ambang batas parlemen sebesar 4 persen.
Hasil hitung cepat lembaga Charta Politika menyatakan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan kembali mendulang suara paling besar, yakni 19,88 persen dari 86,5 persen data hitung cepat yang masuk. Di urutan kedua, ada Partai Gerindra dengan jumlah suara 12,67 persen. Partai Golkar berada di urutan ketiga dengan perolehan suara 11,05 persen. Urutan berikutnya adalah Partai Kebangkitan Bangsa dengan angka 9,63 persen dan diikuti Partai Keadilan Sejahtera dengan angka 9,01 persen
Partai lain yang lolos syarat minimum kursi parlemen, yakni Partai NasDem, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Amanat Nasional, dan Partai Demokrat. Sedangkan Partai Garuda, Partai Persatuan Indonesia, Partai Solidaritas Indonesia, Partai Hanura, Partai Berkarya, Partai Bulan Bintang, serta Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia, tak lolos karena jumlah suara yang didapat kurang dari 4 persen. Hasil yang nyaris sama ditunjukkan oleh lembaga survei Indo Baromater dan Indikator Politik Indonesia.
Ketua Dewan Pimpinan Pusat PDIP, Aria Bima, mengatakan kunci kesuksesan partainya dalam pemilihan legislator adalah kemerataan kader. Ia menyebutkan kepengurusan PDIP paling lengkap di seluruh Indonesia dibanding partai lain. "Kader yang terdistribusi merata dan berkualitas adalah kelebihan PDIP," katanya di Jakarta, Rabu, 17 April 2019.
Selain itu, PDIP mengklaim mendapatkan efek ekor jas dari pencalonan Joko Widodo atau Jokowi sebagai presiden. PDIP, kata Aria, memanfaatkan seluruh kadernya yang menjadi kepala daerah, anggota Dewan, hingga pengurus di daerah untuk menjelaskan kepada pemilih bahwa Jokowi adalah kader partai berlambang banteng moncong putih itu.
Menurut Ketua Dewan Pimpinan Pusat PKB, Lukman Edy, kemenangan partainya dalam pemilihan legislator kali ini disebabkan oleh solidnya struktur pengurus hingga ke bawah. Selain itu, dalam sepuluh tahun terakhir, PKB tak pernah menuai konflik. "PKB juga sangat menikmati dan terlibat aktif di pilpres ini, sehingga efek ekor jasnya memberi keuntungan bagi PKB," ujar dia.
Ketua Umum PSI, Grace Natalie, mengakui kekalahannya. Meski begitu, ia mengatakan dua persen suara yang diperoleh PSI patut diperhitungkan untuk kembali berlaga pada pemilu lima tahun mendatang. Ia berjanji tetap akan memperjuangkan suara para pendukungnya melalui kerja sama dengan komunitas masyarakat sipil dan media. "PSI akan kembali menyapa rakyat. Bukan lima tahun lagi, tapi besok," tutur dia.
Adapun Sekretaris Jenderal Perindo, Ahmad Rofiq, mengatakan masih optimistis partainya bisa menembus 4 persen suara. "Sekarang kan masih berlangsung hitung cepat. Kami menunggu penghitungan manual dari KPU," katanya.
Direktur Riset Charta Politika, Muslimin, tak kaget dengan hasil hitung cepat. Beberapa survei yang dilakukan lembaganya memprediksi bahwa partai-partai pemilik kursi parlemen bakal kembali menguasai parlemen. Alasannya, partai-partai lama sudah memiliki infrastruktur yang solid sehingga cukup kuat memperoleh suara di atas ambang batas. “Kecuali Hanura. Dia belum solid. Begitu terjadi konflik internal, kecenderungan partai agak sulit membangun konsolidasi. Hanura belum punya pemilih loyal yang kuat,” ucap dia.
Menurut Muslimin, tak mudah bagi partai baru untuk bertarung melawan partai lama yang sudah stabil dan memiliki basis pendukung. “Partai tidak hanya bisa mengedepankan ketua umum, tapi bagaimana mesin politik itu dibawa. Selain itu, calegnya harus bisa berkontribusi di partai,” katanya.
Sumber: Tempo