SUKABUMIUPDATE.com - Mendekati hari pencoblosan Pemilu 2019 pada Rabu 17 April 2019, terkadang ada saja orang yang usil ingin tahu siapa pasangan capres dan cawapres yang akan dipilih. Keingintahuan ini biasanya dilakukan orang tua terhadap anak atau sesama teman. Padahal sudah jelas prinsip dari Pemilu itu langsung, umum, bebas dan rahasia.
Biasanya akan lebih mudah mengelak kalau teman yang bertanya tentang siapa calon presiden dan calon wakil presiden yang dipilih. Jika tak ingin menjawab, kamu bisa mengabaikan pertanyaan itu dengan membalikkannya menjadi candaan atau tegas menjawab, "rahasia". Tapi bagaimana jika orang tua yang bertanya? Mungkin ada rasa sungkan untuk menolak menjawab atau mengelek, tapi segan juga untuk mengungkapkan terlebih jika anak dan orang tua memiliki preferensi yang berbeda.
Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi atau Perludem, Titi Anggraini mengatakan pertanyaan seperti itu tidak akan menjadi beban bagi anak jika keluarga tersebut terbiasa berdiskusi tentang apa saja, termasuk politik. "Tapi menjadi tidak biasa kalau pertanyaan itu muncul dalam konteks hubungan orang tua yang ingin mengarahkan anak," kata Titi Anggraini kepada Tempo, Senin 8 April 2019.
Titi Anggraini menjelaskan akan lebih etis jika orang tua mengajak anak -terlebih yang masuk kategori pemilih pemula, untuk berdiskusi tentang bagaimana kriteria mereka dalam menggunakan hak suaranya. "Jadi biacaranya bukan siapa, tapi mau memilih yang bagaimana," ucap Titi. Diskusi seperti ini, menurut dia, akan lebih substantif dan bernilai karena anak mendapatkan pengetahuan lebih mendalam.
"Jadi pertanyaannya, sudah menentukan pilihan belum? Kira-kira mau memilih yang seperti apa?" ucap Titi Anggraini. Dari situ, akan terlihat bagaimana orang tua membimbing anak melalui dialog, bukan mengarahkan dengan seolah-olah memandu pilihan anak.
Sumber: Tempo